Quantcast
Channel: Entrepreneur Archives - SWA.co.id
Viewing all 9220 articles
Browse latest View live

Mainan Baru Denise Tjokrosaputro di Bisnis Radio

$
0
0
Denise Tjokrosaputro
Denise Tjokrosaputro

Denise Tjokrosaputro

Sempat berkecimpung di Keris Galleri dan pabrik tekstil yang merupakan bisnis keluarga selama 5 tahun, Denise Tjokrosaputro memutuskan untuk keluar dan membangun kerajaan bisnisnya sendiri bersama sang suami tercinta, Julius Ruslan. Perusahaan yang dibesut bersama suami itu diberi nama Milestone Pacific Group (MPG) telah berdiri 6 tahun lalu. MPG menaungi beberapa unit bisnis bisnisnya seperti MPG Media Publishing yang memiliki 14 media cetak, MPHD untuk hotel dan Lux Living, serta MPG Media untuk Level 8, Spinner (perusahaan PR), dan juga modeling.

Tanggal 16 September yang lalu, MPG memiliki ‘mainan’ baru, yaitu radio. Radio yang diberi nama Smooth FM ini, mengudara di frekuensi 99.5 FM. Untuk mendapatkan frekuensi ini, MPG mengakusisi Urban RKM FM. Bisnis radio ini menurut Denise masih memiliki peluang yang bagus. “Startegi bisnis kami selalu memikirkan what’s next dan kami lihat bisnis radio ini masih prospek. Selain itu Jakarta semakin lama semakin macet. Pengendara mobil termasuk saya jika terjebak macet pasti memutar radio. Cari-cari frekuensi yang memutar lagu-lagu hits. Kami punya 14 media cetak. Tapi, menurut saya radio itu lebih personal, karena kita bisa mendengar suara orang lain. Dengan adanya presenter seakan-akan kita bisa berinteraksi dengan presenternya. Jika majalah kan pembaca baca majalah ya udah hanya baca,” ujar Denise.

Mengusung tagline Your Kind of Music, Smooth FM menyuguhkan format musik yang berbeda dari radio lainnya. Musik yang disuguhkan adalah lagu-lagu yang berasal dari tahun 90-an dan 2000-an. “Music secara general itu adalah salah satu bagian yang orang suka. Meskipun genre yang disukai berbeda-beda apakah itu Jazz, RnB, Rock,Dangdut, dan lain-lain”

Mengenai persaingan radio saat ini, Denise menuturkan persaingan bergantung kepada jenis programnya. Jika program memainkan musik hits, persaingannya cukup ketat. Saat ini, market leadernya dipegang olehh Gen FM dan Prambors. Untuk program lainnya, masih ada peluang. Ia mencontohkan saat ini belum ada radio yang memutar program untuk keroncongan. Namun dilihat lagi, apakah market nya besar atau tidak. Jika sekedar mendengar tentu saja ada. “Dengan market size radio untuk Jabodetabek yang sebesar Rp 150-200 miliar pertahunnya, peluang tentu saja ada. Tapi dilihat lagi pasarnya. Besar apa tidak,” jelas Denise.

Menargetkan profesional muda di umur 30-50an, Smooth FM merancang beberapa program untuk menarik pendengar seperti Ricky Tenny in The Morning yang mengudara dari Senin sampai Jumat setiap jam 6-10 pagi. Program ini menyuguhkan info terkini tentang Jakarta, kehidupan metropolitan, arus lalu lintas, dan informasi lainnya. Lalu ada Smooth Delight di prime time pukul 4-8 malam setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Program ini mengusung konsep Less Talk More Music. Pendengar dapat berpartisipasi untuk memilik 5 lagu favorit dalam program, 5 Songs in a Row. Le’ Bistro merupakan program yang memberikan informasi mengenai rekomendasi tempat hang out, cafe, dan restaurant baru. Program ini dibawakan oleh 4 penyiar berbeda yang mengudara setiap Selasa dan Kamis pukul 4-8 malam. Program berdurasi 3 menit lainnya ada Leather Shoes setiap hari Senin yang membahas topik seputar karier, Don’t Worry be Healthy setiap hari Selasa yang membahas dunia kesehatan, Digi-Talk setiap hari Kamis yang membahas mengenai dunia teknologi. Pendengar dapat mendapat perkembangan berita dalam program News Update setiap hari Senin sampai Jumat.

Mengenai perkembangan digital radio, Denise sempat salah persepsi. “Digital Radio itu apakah radio through internet not analog apa analog radio yang ada live streaming. Smooth FM sudah ada live streamingnya yang bisa diakses di website Smooth FM. Website Smooth FM ini juga sudah mobile friendly. Di web kami kami bukan digital radio, masih analog pakai FM tapi kami ada live streaming. Untuk digital radio, secara infrastuktur Indonesia belum memumpuni. Belum ada regulasi yang jelas dari pemerintah,” kata Denise.

Dalam 2-3 bulan ke depan, MPG akan memiliki 1 stasiun radio lagi yang menargetkan usia yang lebih muda, 18-30 tahun. Untuk rencana pengembangan kedepannya, MPG akan kea rah digital yaitu online, social media, dan digital publication. Memilki 14 media cetak dan 2 radio, Denise merencanakan akan menyediakan multi-platform yang dapat ditawarkan kepada klien sebagai media solution. Ke-14 media cetak dan 2 radio ini nantinya akan saling bersinergi untuk konten. “ Nanti tinggal bikin menu untuk klien apakah mau radio dan cetak. Cetak activation atau semuanya. Karena semua klien memiliki startegi marketing yang berbeda.”

Mengenai perkembangan media cetaknya, Denise mengatakan, memang media cetak mengalami penurunan. Namun MPG Media Publishing memosisikan diri sebagai content provider. “Kami ini adalah content provider. Kami tidak memproduksi kertas dan tidak mencetak majalah. Kami memproduksi content. Jika tidak ada konten, majalah hanya kertas dan tinta saja. Meskipun cetak turun, tapi kan digital readernya naik. Jumlah majalah cetak bisa turun, tapi pembacanya kan belum tentu turun. Untuk baca majalah digital kan juga harus bayar. We are not giving content for free kan,” jelasnya. Untuk media cetak yang paling popular, Denise menyebutkan Nylon, Livingetc, Solitaire, Home & Décor, dan HardWare. MPG Media Publishing juga memiliki sebuah lifestyle website yang diberi nama HangOutIndo. Website ini menyediakan barbagai informasi yang berkaitan dengan gaya hidup seperti event, party, rekomendasi tempat hang-out, rekomendasi tempat makan, review, dan lain-lain.

Tahun ini, MPHD yang menangani hotel dan Lux Living, memiliki 20 MaxOne hotel yang tersebar di Jakarta, Sukabumi, Bandung, Belitung, Bali, Palembang, Bangka, Muara Enim, Malang, Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Makasar. Hotel lainnya yang dinaungi oleh MPHD antara lain Nite and Day Hotel dan Park Hotel.

Bagaimana rencana ekspansi ke depan? “Kami berencana ingin bersikap konsrvatif dulu sambil melihat arah perekonomian nanti. Namun, tetap fokus di perkembangan bisnis media dan  brand yang sudah ada saat ini,” tegasnya mantap. (EVA)

The post Mainan Baru Denise Tjokrosaputro di Bisnis Radio appeared first on SWA.co.id.


Drama, Debut Bisnis Mantan Artis Cilik

$
0
0
Dena Rachman

Lewat acara press presentation pada 10 Juni lalu, kiprah Dena Rachman sebagai seorang wirausaha (entrepreneur) pun dimulai. Inilah babak baru seorang mantan artis cilik yang memilih jalur bisnis sebagai karier masa depannya. Mengusung merek Drama, akronim dari nama Dena Rachman, ia mengentak panggung fashion Tanah Air dengan koleksi sepatu unik yang memiliki struktur pyramid heels berwarna krom emas setinggi 11 cm. “Ini menjadi signature heels dari brand tersebut,” kata kelahiran 30 Agustus 1987 ini.

Dena Rachman

Dengan tajuk “3.0”, Drama meluncurkan koleksi perdana Spring/Summer 2015 dengan garis desain klasik tetapi ada sentuhan modern. Koleksi ini terdiri dari tiga bentuk pointy dan tiga bentuk round-toe dalam ragam pumps, mary jane, t-strap-ankle boots dan strappy sandals. Dengan bahan kulit asli, Drama mempersembahkan tampilan warna klasik seperti hitam, krem, cokelat, putih, merah marsala, dan emas. Dibanderol pada kisaran US$ 165-185, Dena ingin Drama memiliki branding yang kuat sebelum membuka toko. Rencananya, Drama akan dipamerkan juga dalam ajang Jakarta Fashion Week (JFW).

Saya melihat ada peluang di bisnis sepatu,” kata Dena perihal ketertarikannya terjun di bisnis sepatu. Menggandeng rekannya, Anggie Kinanti Akbar, ia pun memberanikan diri ikut meramaikan pasar sepatu lokal. “Saya dan Anggie sepakat membuat bisnis sepatu ini. Sejauh ini saya menjadi creative director, sedangkan rekan saya lebih ke sales, marketing dan finance. Untuk bagian produksi, kami merekrut secara outsource,” paparnya.

Dalam pandangannya, masih sedikit wirausaha di Indonesia yang membuat sepatu, khususnya yang memiliki hak tinggi (high heels). Pasar masih didominasi fashion di kategori pakaian dan aksesori. Karena itu, usai menyelesaikan pendidikan S-2 Administrasi Bisnis di University of Bologna, Italia, dengan konsentrasi pada fashion & luxury goods, ia mantap melangkahkan kaki sebagai wirausaha. Terlebih, ia mengaku penggila sepatu dan sempat bekerja untuk salah satu merek sepatu desainer Italia.

Sejak awal, Dena memang memiliki impian menjadi wirausaha. Saat mengambil kuliah S-1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, ia memilih Jurusan Komunikasi. “Saya sudah banyak belajar mengenai marketing communication,” ujar Dena yang sempat bekerja di sebuah agensi komunikasi pemasaran. Karena ingin fokus di bisnis, ia pun terbang ke Italia untuk mengambil program S-2. “Selesai kuliah bisnis, keinginan saya untuk membuka usaha semakin besar, apalagi saya sudah mendapat ilmu, pengalaman dan cukup modal. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk langsung membuka bisnis produk sepatu,” katanya.

Ide untuk produk sepatu high heels dengan struktur piramida yang menjadi keunikan Drama sejatinya sudah muncul pada 2013. Menurutnya, dari ide itu tercetus hingga produk siap diluncurkan butuh waktu 1,5 tahun. “Selama itu saya trial and error, mencari dan melakukan tes seperti bentuk kaki, bentuk sepatu, branding, logo, dan pengaturan manajemen lainnya sampai Juni lalu Drama diluncurkan,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, Drama menggambarkan karakter perempuan yang cantik, seksi, elegan, tetapi berani. Selain itu, ia ingin setiap sepatu menggambarkan personal story pemakainya dan sesuai dengan karakter mereka. Karena itu, tidak cuma klasik dan feminin, tetapi juga punya karakter yang menarik. Sepatu ini memiliki keunikan pada bagian heels, yakni ada struktur piramida berwarna krom emas setinggi 11 cm. “Drama itu saya anggap bayi sehingga saya ingin benar-benar fokus mengurusnya,” katanya. Saat ini Drama ada di kategori produk sepatu wanita, khususnya heels, dengan menyasar target usia 15-40 tahun. Untuk jenis core, Drama menyasar usia 20-30 tahun.

Saat ini, Dena memilih memasarkan Drama melalui online di Zalora dan department store Galeries Lafayette untuk yang offline. Klien pertamanya adalah awak media. Setelah konferensi pers untuk session Spring/Summer ini, langsung ada beberapa dept. store yang ingin menjadi stockist. “Tetapi, saya masih belum menerima. Karena masih ada perbaikan di awal, selain karena memang Drama masih dibuat untuk eksklusivitas. Ada juga yang memberi masukan untuk membuat heels yang tidak terlalu tinggi untuk mereka, sehingga itu menjadi masukan untuk saya, agar session berikutnya bisa membuat heels yang ditujukan untuk perempuan yang sulit memakai heels 11 cm,” katanya menjelaskan.

Upaya penetrasi dan perluasan wilayah pemasaran masih sebatas memanfaatkan media sosial dan strategi getok tular. Dena tak ingin terlalu menggenjot penjualan sehingga produknya banyak tersebar di pasaran. Strategi yang dipilihnya adalah membuat produk limited edition. Sebut saja, Drama session Spring/Summer dikeluarkan dalam jumlah terbatas hanya 220 pasang. Adapun untuk session Fall/Winter pada Oktober mendatang akan diluncurkan kurang-lebih 400 pasang berbarengan dengan JFW. “Limited edition ini membuat pembeli penasaran seperti apa sepatu Drama yang akan dikeluarkan session kedua nanti,“ katanya. Ia menambahkan, untuk Drama session 1 Spring/Summer ia menggunakan kulit sapi asli. “Untuk session kedua saya ingin Drama menggunakan satin, leather printing, dll. Selain itu, dengan heels yang bisa customized,” imbuhnya.

Selama ini, tantangan yang menghadangnya lebih pada keterbatasan bahan-bahan yang dipakai. Di Indonesia, bahan sepatu yang baik tidak terlalu banyak. Tak pelak, ia harus order secara khusus ke luar, salah satunya ke China. Dengan modal puluhan juta rupiah, ia optimistis bisnisnya bisa bergulir. Targetnya, ingin membukukan penjualan mencapai 100% pada setiap session. “Karena itu, saya tidak membuat stok banyak. Saya juga terus melakukan brand awareness dan membangun image di konsumen bahwa sepatu yang comfort itu Drama,” imbuhnya. Sayang, Dena enggan membagi soal omset yang berhasil dihimpunnya sampai saat ini. “Session perdana penjualan belum ditutup, sehingga belum terekap benar datanya,” demikian dalihnya.

Dalam pandangan Dr. Wasiaturrahma Gafmi, pengamat bisnis dari Universitas Airlangga, Surabaya, bisnis sepatu saat ini justru persaingannya sangat ketat. Berbagai merek dan model sesuai dengan tren makin banyak. “Peluang yang harus dilihat adalah sesuai dengan pangsa pasarnya. Buatlah sesuai dengan kelasnya. Kalau memang mau menangkap pasar menengah- atas, tentunya produk yang dihasilkan harus berkualitas, nyaman dipakai dan harga disesuaikan dengan bahan bakunya,” ungkapnya.

Wasiaturrahma melihat strategi bisnis yang dijalankan Dena dengan membuat limited edition cukup bagus meski mengandung risiko. “Kemungkinan bisa cepat laku, dan juga bisa sebaliknya tidak ada peminat,” katanya. Menurutnya, yang paling bagus adalah membuat strategi yang berbeda dari produk dan merek lain. “Harus melihat peluang pasar yang ada. Buatlah sepatu yang nyaman dipakai dari semua model sepanjang waktu. Misalnya untuk ke kantor, pesta dan kasual yang tidak menyiksa kaki,” demikian sarannya.(*)

Henni T. Soelaeman dan Tiffany Diahnisa

The post Drama, Debut Bisnis Mantan Artis Cilik appeared first on SWA.co.id.

Indonesia’s Most Valuable Brand – 100 Merek Indonesia Termahal 2015 (Majalah SWA Edisi 22/2015)

$
0
0
Indonesia’s Most Valuable Brand - 100 Merek Indonesia Termahal 2015 (Majalah SWA Edisi 22/2015)
Indonesia’s Most Valuable Brand - 100 Merek Indonesia Termahal 2015 (Majalah SWA Edisi 22/2015)

Indonesia’s Most Valuable Brand – 100 Merek Indonesia Termahal 2015 (Majalah SWA Edisi 22/2015)

Indonesia’s Most Valuable Brand

100 Merek Indonesia Termahal 2015

Inilah 100 merek Indonesia termahal 2015 hasil pemeringkatan Brand Finance, sebuah lembaga valuasi merek independen yang berkantor pusat di London. Dengan metodologi yang kredibilitasnya diakui dunia, yang dibuktikan dengan pengakuan ISO 10668, sejak beberapa tahun terakhir Brand Finance memvaluasi dan memeringkat 100 merek termahal dari perusahaan publik di Indonesia. Siapa saja yang masuk ke dalam 100 Indonesia’s Most Valuable Brands 2015 dan berapa nilai masing-masing? Merek apa saja yang nilainya melejit? Bagaimana valuasi merek itu dilakukan? Semua dikupas habis dan dibahas tuntas hanya di SWA terbaru !

“Saatnya Tahu Kekuatan dan Harga Merek Anda”
Pentingnya peran merek sudah diakui para pemilik dan pengelola merek. Kini saatnya mereka lebih mengenali kekuatan dan nilai merek mereka agar keputusan investasi dan transaksi lebih tepat.

Simak Sajian SWA lainnya!

“Jurus Silmy Karim Majukan Pindad ”
Sudah 10 bulan Silmy Karim menjabat sebagai Dirut PT Pindad (Persero). Dalam 10 bulan ia sudah mulai meletakkan fondasi baru di BUMN yang bergerak di bidang industri dan manufaktur produk militer ini.

“Membangun Perubahan Ala Djarwo”
Tanpa gembar-gembor, kinerja BUMN ini moncer berkat transformasi yang dijalankan. Sosok CEO-nya berperan sentral dalam gerakan perubahan.

“Tiga Generasi Melambungkan Bisnis Balon”
Dihina, diolok-olok, bahkan diusir, menjadi makanan sehari-hari Jan P. Aslim saat merintis pabrik balon mainan anak-anak. Kini, perusahaannya menjadi salah satu pabrik balon terbesar di Indonesia yang mayoritas produknya diekspor ke Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

EKONOMI & BISNIS

PEMASARAN

“Empat Dekade Polytron “Menyerang””
Selama 40 tahun, Polytron pantang surut menggempur pasar elektronik yang dikuasai pemain global. Beragam kendala justru membuatnya semakin berani dan percaya diri. Bagaimana merek elektronik dari Grup Djarum ini menggempur pasar?

INVESTASI

“Friderica Widyasari Dewi: Meraup Laba dari Investasi Properti di Pasar Sekunder”
Portofolionya lebih banyak di properti. Ia “ketagihan” membeli apartemen dan rumah di pasar sekunder. Investasi di properti membutuhkan dana tunai yang cukup jumbo. Dia bisa menyiasati dan meraup keuntungan. Bagaimana triknya?

TEKNOLOGI INFORMASI

“Transformasi Sistem Agar Lebih Gesit dan Kreatif”
Untuk mendukung proses bisnis dan rencana ekspansi selepas IPO, manajemen PT Electronic City Indonesia memutuskan mengganti dan memodernisasi sistem TI-nya. Seperti apa pergantiannya dan apa manfaat yang dipetik?

INTERNASIONAL

“Mengejar Mimpi dengan GrabTaxi”
Sebagai putra salah satu konglomerat terkaya Malaysia, Anthony Tan tak perlu bersusah payah merintis karier dari bawah. Namun, begitu menyabet MBA dari Harvard, Tan yang ketika itu masih berusia dua puluhan justru bersikeras mengejar impiannya sejak balita: jadi pengusaha.

ENTREPRENEURSHIP

ENTREPRENEUR

“Dari Ujungberung, Menaklukkan Dunia”
Dari Ujungberung, salah satu kecamatan di Bandung Timur, PT Genta Trikarya memasok 700-an gitar setiap bulan ke sejumlah negara. Lebih dari sedasawarsa, Genta dipercaya memasok gitar untuk merek Faith, Timberline, Brunswick dan Babicz.

INDONESIA YOUNGSTER INC.

NEXT GENERATION
Audrey Ayuningthyas dan Priscilla Novani

ENTREPRENEUR
Vania Carmelina
Edo dan Raven

SIAPA DIA
Randy Raditya
Melisa Soentoro



Baca selengkapnya di SWA Edisi Terbaru!

Anda juga bisa menyimak up date harian seputar isu bisnis di www.swa.co.id

Dapatkan juga Majalah SWA versi Digital di Tablet & Smartphone Anda melalui website http://swa.co.id/digitalmagazine dan melalui aplikasi:
Wayang
SCOOP
Scanie

Informasi Lengkap:
Berlangganan: http://swa.co.id/subscription/
Iklan: http://swa.co.id/contact

Website: http://swa.co.id/
Facebook: http://facebook.com/MajalahSWA
Twitter: http://twitter.com/MajalahSWA
Google+: http://google.com/+SWAmagazine/

Jika anda membutuhkan pembelian Majalah SWA dalam jumlah besar atau berlangganan kolektif untuk Karyawan dan Mitra berharga anda, segera manfaatkan fasilitas lebih dan discount menarik yang kami sediakan, silahkan menghubungi :
Putri-Sirkulasi
Email: putri.meutia@swamail.com
Tlp. (021) 3523839 Fax: (021) 3457338, 3853759


 

The post Indonesia’s Most Valuable Brand – 100 Merek Indonesia Termahal 2015 (Majalah SWA Edisi 22/2015) appeared first on SWA.co.id.

Google: Indonesia Adalah Pasar Penting Startup

$
0
0
Para pemenang Indonesia Youngster Inc. Startup Champion 2014 berfoto bersama dengan Zetta Saraswati (Wakil Pemimpin Usaha SWA)

Jason Titus, Wakil Presiden Produk Pengembang Google, memuji para pengembang  (developer) aplikasi Android dan pendiri startup di Indonesia yang sedang tumbuh dengan pesat.

“Saya terkesan pada mereka. Kualitasnya sangat tinggi, bakat dan antusiasmenya besar, juga keinginan untuk melakukan sesuatu,” kata Titus kepada Tempo di kantor Google di Mountain View, California, Amerika Serikat, Rabu, 28 Oktober 2015.

Para pemenang Indonesia Youngster Inc. Startup Champion 2014 berfoto bersama dengan Zetta Saraswati (Wakil Pemimpin Usaha SWA)

Para pemenang Indonesia Youngster Inc. Startup Champion 2014

“Saya kira bagi Indonesia sebagai negara dan pada tingkat kewirausahaan, Indonesia punya masa depan yang cerah bagi para pengembang,” kata mantan Kepala Produk Komunikasi Yahoo itu.
Google, kata Jason, memusatkan perhatian kepada Indonesia dalam pengembangan produknya. “Indonesia adalah pasar penting,” kata dia.

Para pengembang aplikasi Google di Indonesia sudah mencapai 3.000 hingga saat ini. Untuk itu, Google akan menggelar Google Hack di Jakarta, pertemuan dan kompetisi para pengembang dan startup Indonesia. “Kami ingin membantu para pengembang mencapai penggunanya dan menghasilkan pendapatan dari aplikasinya,” kata Titus.

Bahkan, Google juga membantu orang-orang yang bahkan belum tahu cara membuat aplikasi Android. “Yang utama adalah Anda punya gagasan dan keterampilan untuk mewujudkannya,” kata Titus.

Tempo.co

The post Google: Indonesia Adalah Pasar Penting Startup appeared first on SWA.co.id.

Indonesia IT Champions (Majalah SWA Edisi 23/2015)

$
0
0
Indonesia IT Champions (Majalah SWA Edisi 23/2015)
Indonesia IT Champions (Majalah SWA Edisi 23/2015)

Indonesia IT Champions (Majalah SWA Edisi 23/2015)

INDONESIA IT CHAMPIONS

Best It System
Best CIO
Best Future IT Leader
Best e-Corp

Teknologi informasi (TI) menawarkan senjata ampuh untuk memenangi kompetisi bisnis yang kian sengit dan multiarah. Tak harus mahal. Kuncinya: kolaborasi, koordinasi dan kreatif dalam pemanfaatan TI. Sangat cocok ketika ekonomi dan bisnis lagi sulit seperti sekarang. Bagaimana perusahaan memanfaatkan teknologi secara cerdas? Simak sajian utama Majalah SWA tentang Best e-Corp, yakni perusahaan-perusahaan terbaik dalam pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kinerja bisnis mereka. Sebagai bagian dari ajang Best e-Corp 2015, kali ini Majalah SWA mengadakan pemilihan komandan teknologi informasi terbaik di level perusahaan/institusi maupun calon pemimpin TI masa depan. Siapa saja yang terpilih, serta bagaimana visi dan kepemimpinan mereka? Apa saja yang harus mereka lakukan? Semua dikupas habis dan dibahas tuntas hanya di SWA terbaru !

“Strategi Menang Bersenjatakan IT”
Teknologi informasi (TI) menawarkan senjata ampuh untuk memenangi kompetisi bisnis yang kian sengit dan multiarah. Tak harus mahal. Kuncinya: kolaborasi, koordinasi dan kreatif dalam pemanfaatan TI. Sangat cocok ketika ekonomi dan bisnis lagi sulit seperti sekarang.

Simak Sajian SWA lainnya!

“Kevin Osmond, Sang Serial Entrepreneur di Kancah Startup Digital”
Di kalangan startup digital di Indonesia, nama Kevin Osmond sudah familier. Maklumlah, ia telah membidani dan membesarkan sejumlah startup digital lokal. Bagaimana perjalanan kariernya?

“Menyesap Lezatnya Pasar Teh Premium”
Ketika citarasa teh terbaik mulai menjadi gaya hidup, puluhan pemain dari dalam dan luar negeri berebut menikmati pasar pecinta teh di Tanah Air. Bagaimana upaya mereka agar tidak mati gaya?

“Penakluk Krisis dan Industri Kulit Sintetis”
Pengalaman dua dekade di industri kulit sintetis menjadi bekal Erwin Adiyuwono membesut PT Agung Poly Nugraha, produsen kulit sistetis untuk aneka produk. Berkat kegigihan dan fokus bisnisnya, Erwin sukses melewati dua krisis dan merajai pasar kulit sintetis.

EKONOMI & BISNIS

MANAJEMEN

“Kala Si Burung Besi Berbenah”
Menerima estafet perusahaan yang rugi triliunan rupiah, dia melakukan sejumlah langkah penyelamatan. Dengan pro-kontra yang dihadapinya, BUMN itu sudah mulai untung.

INVESTASI

“Jurgan Usman Jurus Rebalancing Portofolio, Bermain di Saham Lapis Kedua”
Pengalaman menjadi analis di Wall Street memudahkannya menyusun saham lapis kedua yang bisa meraih imbal hasil di atas rata-rata indeks gabungan. Ia menargetkan return 30% per tahun. Bagaimana ia melakukan rebalancing portofolionya yang berisiko tinggi ini?

INTERNASIONAL

“Putra Mahkota yang Diragukan”
Dia pemalu dan tak sekarismatis ayahnya. Dia juga diragukan mampu memimpin kapal induk yang demikian besar. Namun, apakah dia memang benar-benar lemah?

ENTREPRENEURSHIP

ENTREPRENEUR

“Mantan Tukang Pel yang Sukses Berbisnis Hotel”
Dari titik nol, Ardi Wilson menapaki karier di dunia perhotelan hingga menduduki posisi puncak di berbagai hotel berbintang di Indonesia. Berbekal pengalaman dan reputasinya itu, ia merintis bisnis manajemen hotel. Kini, ia sukses mengelola sekaligus memiliki saham di berbagai hotel berbintang.

“Saudagar Tekstil dari Bandung”
Di ranah bisnis perdagangan tekstil, PT Multi Sandang Tamajaya termasuk pemain yang diperhitungkan. Sejumlah merek lokal terkemuka menjadi mitranya. Bagaimana Suradi Hanam dan Karadi Hanam menggelindingkan bisnis bermodalkan kepercayaan ini?

INDONESIA YOUNGSTER INC.

START UP
Stephanie Astri Suryani

ENTREPRENEUR
Nurana Indah Paramita
Yossa Setiabudi

SIAPA DIA
Anita Iva Ali
Mario Gaw


Baca selengkapnya di SWA Edisi Terbaru!

Anda juga bisa menyimak up date harian seputar isu bisnis di www.swa.co.id

Dapatkan juga Majalah SWA versi Digital di Tablet & Smartphone Anda melalui website http://swa.co.id/digitalmagazine dan melalui aplikasi:
Wayang
SCOOP
Scanie

Informasi Lengkap:
Berlangganan: http://swa.co.id/subscription/
Iklan: http://swa.co.id/contact

Website: http://swa.co.id/
Facebook: http://facebook.com/MajalahSWA
Twitter: http://twitter.com/MajalahSWA
Google+: http://google.com/+SWAmagazine/

Jika anda membutuhkan pembelian Majalah SWA dalam jumlah besar atau berlangganan
kolektif untuk Karyawan dan Mitra berharga anda, segera manfaatkan fasilitas
lebih dan discount menarik yang kami sediakan, silahkan menghubungi :
Putri-Sirkulasi
Email: putri.meutia@swamail.com
Tlp. (021) 3523839 Fax: (021) 3457338, 3853759

The post Indonesia IT Champions (Majalah SWA Edisi 23/2015) appeared first on SWA.co.id.

Mita di Balik T-Files Indonesia

$
0
0

Bisa jadi, belum banyak yang tahu bahwa saat ini sudah berkembang pembangkit listrik tenaga air laut (PLTAL). Ini salah satu industri masa depan yang bisa menjadi sumber energi alternatif. Bagaimana tidak. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau. Dari jumlah tersebut, masih banyak pulau kecil berpenghuni yang tidak memiliki akses listrik.

Nurana Indah Paramita

Nurana Indah Paramita

Salah satu pemain PLTAL adalah PT T-Files Indonesia (T-Files). Bukan sekadar pemain, T-Files yang didirikan sejak 2009 merupakan pemilik paten PLTAL di Indonesia. Nurana Indah Paramita, perempuan muda 29 tahun, menjadi CEO perusahaan desain dan teknologi produksi ini.

Cikal-bakal PLTAL dimulai ketika Mita, panggilan keseharian Nurana Indah Paramita, berada di bangku kuliah di Institut Teknologi Bandung. Berawal dari tugas kuliah yang digarap keroyokan bersama 13 temannya pada 2005, mereka berhasil menemukan PLTAL. “Dulu kami pernah mengajukan proyek ini ke PT PLN, namun langsung ditolak,” ujarnya. Ia tidak patah arang. Ia dan teman-temannya pun mencoba peruntungan lain dengan mengikuti sejumlah kompetisi di Keio University, Jepang, pada 2008 dan Mandiri Young Technopreneur dari Bank Mandiri.

T-Files meraih juara pertama dalam kompetisi Mandiri Young Technopreneur 2012 dan mendapatkan dana implementasi proyek sebesar Rp 1,5 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pembuatan instalasi listrik di Desa Toyopakeh, Nusa Penida, Bali. “Salah satu strategic program CSR Bank Mandiri adalah Mandiri Young Technopreneur. T-File pada 2011 menjadi pemenangnya,” ujar Hendrianto Setiawan, Asisten VP Bank Mandiri.

Menurut Mita, kelebihan PLTAL adalah mudah digunakan untuk industri kecil, menengah, bahkan industri besar dengan daerah cakupan di seluruh Indonesia dan dunia. PLTAL sangat cocok digunakan di pulau-pulau kecil yang kalau menggunakan pembangkit listrik konvensional jadi kurang ekonomis.

Tak mengherankan, saat ini kiprah T-Files semakin diperhitungkan. Banyak perusahaan besar yang menjadi mitranya. “Mitra dan customer T-Files berasal dari BUMN dan swasta. Bank Mandiri merupakan salah satu mitra T-Files dalam pemasangan produk turbin arus laut yang kini telah terpasang di Nusa Penida, Bali,” ujar Mita. Dalam industri manufactur, engineering procurement & construction (EPC), T-Files juga kerap mendapat permintaan jasa engineering service untuk pembuatan gambar desain dan fabrikasi untuk plant PT Pertamina. Mitra lainnya adalah PLN Batam dan perusahaan transportasi publik SMRT Singapura.

Selain memproduksi atau menjadi vendor untuk listrik publik dan kebutuhan industri, T-Files juga menjadi konsultan teknologi dan surveyor. “Kami bergerak dalam bidang manufaktur pembuatan mesin dan peralatan permesinan, serta suku cadangnya. Kami juga menyediakan jasa konsultan teknik untuk pembangunan pabrik, bengkel atau kebutuhan teknik lainnya, termasuk produk keamanan dan ketahanan,” paparnya.

Bahkan, Presiden Joko Widodo pun tertarik dengan bisnis yang dijalani Mita. Dalam acara Gerakan Kewirausahaan Nasional 2015 di JCC, Jakarta, Mita dipanggil langsung oleh Jokowi ke panggung dan diminta untuk mempresentasikan bisnisnya. Jokowi pun menanyakan perihal usaha yang dijalaninya. Dengan percaya diri, Mita menerangkan usaha pembuatan turbin PLTAL bernama T-Files yang membuat perusahaannya sukses meraup omset miliaran rupiah.

Saat ini para pemangku kepentingan di bidang kelautan mulai mengenal produk T-Files. Bahkan, belum lama ini T-Files dinobatkan sebagai perusahaan swasta yang unggul dan berpengalaman dalam implementasi PLTAL di Indonesia. Mita pun memiliki obsesi, dalam 3-5 tahun ke depan akan mengembangkan PLTAL dalam skala yang lebih besar dari yang telah dikembangkannya saat ini.(*)

Dede Suryadi dan Raden Dibi Irnawan

The post Mita di Balik T-Files Indonesia appeared first on SWA.co.id.

Rosada Mengeruk Pundi-Pundi dari Rumah Boneka

$
0
0

Sulitnya mendapatkan mainan kayu yang bisa dimainkan anak-anak, membuat Rosada Talip membuat kerajaan mainan kayu untuk anak-anaknya sendiri. Di tahun 2005, Rosada membuat Rosada Dollhouse. “ Yang tersedia di pasar adalah mainan-mainan kayu yang setiap hari anak-anak sudah lihat di sekolahnya seperti blok, puzzle dan educative toys lainnya sehingga jika orang tua membelikan mainan seperti itu cendrung anak-anak sudah bosan hal ini saya alami sendiri dengan anak saya dan juga mainan mainan di pasaran didominasi oleh mainan plastik,” ujar Rosada.

Berbekal sisa potongan triplek dari bisnis interior manufaktur miliknya, Rosada dan suaminya mulai merancang limbah kayu tersebut menjadi mainan-mainan kayu. Pilihan pertama jatuh kepada rumah boneka. Ia dan suami mulai merancang model rumah boneka dan kastil untuk anak-anak. “Kami mulai mulai mencari literatur di internet dan majalah majalah tentang mainan kayu, ternyata banyak sekali mainan yang menurut kami luar biasa,” jelasnya.

Rosada Dollhouse

Rosada Dollhouse

Awalnya mainan tersebut Rosada bawa ke bazar-bazar sekolah di Bali, dan pameran-pameran lokal, ternyata respon para orang tua dan anak-anak cukup antusias. Selain membeli konsumen juga memberikan masukan masukan kepadanya mengenai mainan mainan yang ia produksi, dan banyak di antara konsumen yang mendorong supaya Rosada buka toko agar mudah jika konsumen ingin mengunjungi atau merekomendasikan kerabat.

Dari sanalah cikal bakal bisnis ini mulai menghasilkan sampai akhirnya Rosada memutuskan untuk membuat toko khusus untuk menjual produknya yang diberi nama Rosada Dollhouse yang beralamat di Jalan Raya Kerobokan, Banjar Taman No. 78, Kerobokan, Bali

Rosada mulai lebih serius menata bisnis ini semenjak tokonya dibuka, mulai dari packaging, knock down sistem dan lain-lain. Tokonya banyak dikunjungi turis asing yang membeli untuk dibawa pulang ke negaranya, dan beberapa dari mereka ada yang akhirnya membeli untuk dijual kembali di negaranya. Sehingga selain menjual ritel, Rosada juga menerima pesanan.

Tantangan utama dalam bisnis ini adalah bahan baku, dikarenakan sekarang pihaknya tidak bisa hanya mengandalkan bahan sisa produksi. Selain itu, sistem produksi juga menjadi tantangan karena rumah boneka Rosada mulai diekspor  yang ada standard children safety sendiri yang berlaku di negara tujuan ekpor. Contoh, soal aturan pemilihan cat yang berbahan dasar air yang tidak beracun, perhatian terhadap sudut-sudut tajam dan bagian kecil agar tidak membahayakan anak-anak.

Rumah boneka buatannya sudah diekspor ke Australia dan Belanda. Kini, sedang penjajakan untuk kirim ke Malaysia dan negara –negara di Afrika. Sedangkan untuk pembeli langsung berasal dari seluruh dunia dikarenakan lokasi showroom yang ada di Bali. Wor-of-mouth marketing menjadi kiat Rosada dalam menembus pasar ekspor. “Klien atau turis yang membeli di toko kami menceritakan ke kerabatnya yang akhirnya memutuskan untuk untuk menjual di negaranya,” kata Rosada.

Selain itu, ia juga bergabung dengan beberapa organisasi seperti AMKRI (Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia) dan BEDO (Business and Export Development Organization) yang membantu UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk menembus pasar ekspor melalui pameran berskala intersasional. Rosada mengatakan, ekspor berkontribusi 35 % dari penjualan retail.

Rosada menjual rumah bonekanya dengan kisaran Rp 1 – 10 juta, perabotan untuk rumah boneka berkisar Rp 30 – 300 ribu, dan mainan kayu berkisar Rp 100 ribu – 1 juta. Kejujuran, komitmen dan inovasi menjadi kiat Rosada dalam mengembangkan bisnisnya. “Dalam bisnis kami selalu mengedepankan kejujuran dan menjaga komitmen klien, prioritas kami di kualitas dan children safety,” ungkap wanita berdarah Jerman itu.

Ke depannya, Rosada akan tetap fokus kepada inovasi produk dan lebih banyak mencari pasar ekspor. Ia berharap agar pemerintah memfasilitasi UKM untuk memberikan pelatihan di bidang pemasaran produk dan pelatihan produksi. “Untuk omset kami tidak bisa bilang dulu,” ujarnya menutup pembicaraan. (EVA)

The post Rosada Mengeruk Pundi-Pundi dari Rumah Boneka appeared first on SWA.co.id.

Survei Indonesia Employers of Choice 2015: Perusahaan-perusahaan Idaman & Ternyaman Pilihan Karyawan (Majalah SWA Edisi 26/2015)

$
0
0
Survei Indonesia Employers of Choice 2015: Perusahaan-perusahaan Idaman & Ternyaman Pilihan Karyawan (Majalah SWA Edisi 26/2015)
Survei Indonesia Employers of Choice 2015: Perusahaan-perusahaan Idaman & Ternyaman Pilihan Karyawan (Majalah SWA Edisi 26/2015)

Survei Indonesia Employers of Choice 2015: Perusahaan-perusahaan Idaman & Ternyaman Pilihan Karyawan (Majalah SWA Edisi 26/2015)

Survei Indonesia Employers of Choice 2015:

Perusahaan-perusahaan Idaman & Ternyaman Pilihan Karyawan

Menjadi perusahaan idaman adalah impian setiap pengelola perusahaan. Inilah Top 10 perusahaan idaman dan ternyaman untuk bekerja hasil survei Employers of Choice 2015 yang dilakukan Hay Group dan majalah SWA. Bagaimana mereka mengelola faktor engagement dan enablement untuk memikat dan memampukan karyawan? Siapa pula yang terpilih sebagai Top 10 perusahaan idaman para pencari kerja? Semua dikupas habis dan dibahas tuntas hanya di SWA terbaru !

“Berlomba Menjadi Rumah Kedua”
Abaikan jargon-jargon Gen Y atau generasi milenial yang kerap menyesatkan. Fokuslah mengembangkan dan menjaga karyawan potensial dan bertalenta di perusahaan Anda!

Simak Sajian SWA lainnya!

“Bengkel Kreatif Ala Leonard Theosabrata ”
Nama Leonard Theosabrata telah berperan penting dalam industri kreatif. Putra pendiri Grup Victor, Yos S. Theosabrata ini telah menunjukkan kemampuannya membawa merek lokal untuk mengglobal lewat PT Accupunto Internasional.

“Sang Pedobrak Nagatex”
Di bawah nakhoda generasi kedua, perusahaan yang nyaris gulung tikar ini bertumbuh empat kali lipat. Sekarang, Nagatex masuk tiga besar industri tekstil kain seragam. Bagaimana generasi kedua ini melakukan transformasi bisnis?

“dr. Rizal Sini, Sp.OG Jejak Entrepreneurship Sang dokter Kandungan”
Jubah dokter dan kesempatan emas menjadi guru besar ia tanggalkan demi sebuah impian: memiliki rumah sakit sendiri. Baginya, kewirausahaan di bisnis rumah sakit akan memberikan kontribusi besar bagi dunia kedokteran di Tanah Air. Bagaimana jiwa bisnisnya mampu mewujudkan impian besar itu?

EKONOMI & BISNIS

PEMASARAN

“Pemasaran Jamu Herbal untuk Pegal yang Tidak Membuat Linu”
Jamu herbal pegal linu termasuk produk kawakan, tetapi masih hit sampai sekarang. Bahkan, belakangan terjadi kembali pertempuran antarpemain-besar berebut pasar. Bagaimana persaingan yang terjadi?

INVESTASI

“Return Fantastis dari Investasi di Film”
Investor film mengandalkan insting atau melihat tren agar bisa mencapai target return dalam tempo yang pendek. Keuntungan yang mereka peroleh sangat menggiurkan: mencapai 200%-300%.

TEKNOLOGI INFORMASI

“Manajemen Distribusi Aneka Produk Ala Enseval”
Untuk mengelola pengiriman aneka produk yang disebarkan ke pelanggannya di seluruh Indonesia, PT Enseval Putra Megatrading membangun sistem TI-nya secara terintegrasi, dari hulu ke hilir. Bagaimana perjalanan prosesnya dan apa saja manfaatnya?

INDONESIA YOUNGSTER INC.

ENTREPRENEUR

“Helga Angelina”
Ide dan peluang bisnis bisa datang dari mana saja. Lihat saja yang dilakukan Helga Angelina dan Max Madias. Berangkat dari keseharian sebagai vegetarian, mereka menggelindingkan restoran yang sesuai dengan gaya hidup mereka.

“Wira Adhiyaksa dan Bayu Pamura”

START UP
Novi Riyan Sari

SIAPA DIA
Henry P. Simangunsong
—————————————————————-
Baca selengkapnya di SWA Edisi Terbaru!

Anda juga bisa menyimak up date harian seputar isu bisnis di www.swa.co.id.

Dapatkan juga Majalah SWA versi Digital di Tablet & Smartphone Anda melalui website http://swa.co.id/digitalmagazine dan melalui aplikasi:
Wayang
SCOOP
Scanie

Informasi Lengkap:
Berlangganan: http://swa.co.id/subscription/
Iklan: http://swa.co.id/contact

Website: http://swa.co.id/
Facebook: http://facebook.com/MajalahSWA
Twitter: http://twitter.com/MajalahSWA
Google+: http://google.com/+SWAmagazine/

Jika anda membutuhkan pembelian Majalah SWA dalam jumlah besar atau berlangganan
kolektif untuk Karyawan dan Mitra berharga anda, segera manfaatkan fasilitas lebih dan discount menarik yang kami sediakan, silahkan menghubungi :
Putri-Sirkulasi
Email: putri.meutia@swamail.com
Tlp. (021) 3523839 Fax: (021) 3457338, 3853759


 

The post Survei Indonesia Employers of Choice 2015: Perusahaan-perusahaan Idaman & Ternyaman Pilihan Karyawan (Majalah SWA Edisi 26/2015) appeared first on SWA.co.id.


Kiat Tiga Sekawan Orbitkan Komik Volt

$
0
0
Volt, tokoh superhero

Komik Indonesia genre superhero pernah mengalami masa kejayaannya di masa silam. Pembaca komik Indonesia tentu masih  ingat dengan tokoh-tokoh pahlawan super buatan local, seperti Gundala Putera Petir, Aquanus, dan Godam Manusia Besi, yang sempat begitu populer di tahun 1960-1970an. Sayangnya, para jagoan tersebut mendadak seperti  hilang bak ditelan bumi. Remaja atau anak-anak yang tumbuh di era setelahnya lebih banyak menggilai komik luar negeri asal Negeri Paman Sam dan Negeri Sakura.

Barulah di tahun 2012, mulai timbul lagi secerca harapan baru. Karakter pahlawan super buatan lokal mulai bertaji kembali dengan diluncurkannya komik berjudul Volt, yang digawangi  tiga kerabat, Sarjono Sutrisno, Marcelino Lefrandt, dan Aswin MC,  di bawah naungan Skylar Comics.

Volt, tokoh superhero

Volt, yang digawangi tiga kerabat, Sarjono Sutrisno, Marcelino Lefrandt, dan Aswin MC(foto; ganlub.com)

Respon pasar terhadap komik ini cukup bagus. Terhitung sekitar 3000 sampai 4000 eksemplar dicetak dalam  setiap edisinya. Saat ini Volt sudah memasuki edisi terakhir atau edisi ke 10 dan memiliki jangkauan pembeli mayoritas di wilayah Jabodetabek.  “Responnya bagus, bahkan edisi ketiga dan kenam selalu sold out,” ujar Wakil CEO Skylar Comics, Marcelino Lefrandt.

Cikal bakal Skylar Comics sendiri,  ia bercerita, berawal dari pembicaraannya dengan Aswin MC Siregar untuk membuat komik superhero Indonesia. Kedua sahabat tersebut  punya ide untuk menciptakan karakter-karakter superhero komik Indonesia yang dinamis, sesuai dengan perkembangan jaman dengan sentuhan budaya Indonesia. “Suatu hari nanti kita harus buat jagoan kita sendiri, Win” ujar Marcelino ke Aswin ketika itu,

Ternyata ide tersebut menjadi kenyataan saat Marcelino berkenalan dengan Presdir Skylar Picture, Sarjono Sutrisno, tahun 2011. Tanpa diduga Sarjono juga pecinta komik. Ia kemudian  membantu dalam sisi pendanaan dan juga menjabat sebagai CEO Skylar Comics.

Gayung bersambut, akhirnya timbullah kesepakatan untuk menseriusi inisiasi komik Volt. Pada 1 Maret 2012, komik tersebut lantas mulai dirilis di pasaran. “Tahun itu belum banyak industri omik. Belum ada yang berani untuk menjual ke pasar, karena masih terkekang publisher besar,” kata Mercelino.

Bagi yang belum pernah membaca komik Volt, komik ini menggambarkan superhero yang punya kemampuan mengendalikan elemen  listrik. Untuk lebih memasukkan unsur  lokal di komik tersebut, tak jarang berbagai atribut khas Indonesia dimunculkan, semisal Monas, Bendera Indonesia, bus Transjakarta dan lain-lain.

Meski begitu, dari segi penggambaran, para pembaca bisa menemukan unsur ke-bara-barat-an di komik terebut. Penampilan Volt bisa dibilang kental dengan pengaruh gaya komik barat. Namanya pun sengaja dibuat lebih bernuansa internasional menggunakan nama ‘Volt’, yang tak lain ialah satuan ukur listrik yang berlaku secara internasional.  “Untuk desainnya kami memang sengaja menampilkan superhero dengan international look, itu strategi kami,” Aswin menandaskan. Tujuannya, agar anak-anak yang sudah terbiasa membaca komik superhero dari Amerika dan Jepang, dapat menerima dengan cepat tokoh Volt. Toh, saat ini komik Volt tak hanya diedarkan untuk dalam negeri tapi juga untuk pasar luar negeri. “Untuk edisi Volt perdana kami cetak terbatas hanya 1000 dalam versi Inggris sebagai trial untuk go internasional,” ujar Aswin.

Aswin mengaku banyak banyak menggunakan acara-acara talkshow sebagai ajang promosi.  Kebetulan, Marcelino juga merupakan artis yang sudah cukup terkenal, sedangkan dia sendiri adalah komikus kenamaan sekaligus musisi. ”Ketika menjadi bintang tamu  talk show, mereka banyak menanyakan bisnis yang sedang saya jalani,” ungkapnya.

Ke depan, berbagai rencana siap direalisasikan oleh Skylar. Tak cuma mengangkat kisah Volt menjadi film, perusahaan ini juga akan menggarap Volt dalam bentuk novel dan menjual merchandise superhero. “Untuk filmnya sedang on going,” ia menambahkan.

Saat ini, Skylar juga sedang fokus untuk melakukan penetrasi pasar komik dengan kehadiran karakter superhero wanita bernama Valentine. Meski Valentine muncul sesudah Volt, nyatanya tokoh ini dipilih lebih dulu untuk dirilis filmnya.  “Rilis Juni atau Agustus sebagai jembatan untuk mengangkat film Volt. Karena itu, di dalam film Valentine ada sedikit tentang Volt,” Aswin menuturkan.

Komikus Sweta Kartika mengapresiasi cara Skylar memasarkan komik Volt. Menurutnya, Volt lumayan cukup agresif melakukan rentetan promosi, baik di media online maupun dan media konvensional. Meski diterbitkan dalam bentuk buku cetak, penyebaran  komik Volt juga sangat ramai di media sosial. Perusahaan ini, kata Kartika, juga cukup disiplin menjaga interval penerbitan untuk menjaga animo pasar.

Ia pun menyarankan agar Skylar menambah divisi translasi dan divisi pemasaran untuk pasar luar negeri. Dengan cara ini, Volt bisa lebih luas dalam menggemakan kekuatannya meraup pasar internasional seperti yang dicita-citakan. “Event-event pameran buku besar dengan skala internasional dan menjual rights penayangannya ke penerbit luar negeri mungkin bisa jadi pertimbangan,” ujar Kartika. (Reportase: Tiffany Diahnisa/Riset: M. Khoirul Umam)

 

The post Kiat Tiga Sekawan Orbitkan Komik Volt appeared first on SWA.co.id.

Muljadi Pinneng Sulungbudi: Profesional Langka Dunia Bawah Laut

$
0
0
Muljadi Pinneng Sulungbudi, fotografer dan videografer alam bawah laut

Menyelam dan mengambil foto. Itulah profesi Muljadi Pinneng Sulungbudi. Lulusan S-1 Teknik Elektro Universitas Maranatha Bandung dan S-2 Teknik Industri ITB ini memang populer sebagai professional underwater photographer and videographer. Dari tangannya lahir foto-foto keindahan bawah laut Indonesia. “Keindahan bawah laut itu tidaklah lengkap jika hanya dinikmati sendiri. Saya ingin orang lain tahu juga keindahan bawah laut. Bukan ingin menyombongkan diri, tapi saya ingin orang-orang juga kagum dan menghargai dalam laut negeri kita,” papar Pinneng, panggilan akrab kelahiran Bandung, 24 Mei 1971 ini.

Pinneng mulai dikenal keahliannya tahun 2003. Saat itu melalui jejaring dunia maya Multiply – media sosial yang tutup pada 2013 – ia menyebarkan hasil jepretannya. Dunia maya itulah yang membuatnya dikenal banyak orang sebagai penyelam sekaligus fotografer. Saat ini media sosial tetap menjadi pilihannya untuk berbagi semua kegiatannya di bawah laut, mulai dari Instagram, Twitter, Facebook, YouTube, Tumblr, TripAdvisor App, Pinterest, LinkedIn, Flickr hingga tentu saja blog-nya, Pinneng Photography, dengan alamat Pinneng.me. Majalah DiveMag juga menjadi media yang membuatnya dikenal luas.

Muljadi Pinneng Sulungbudi, fotografer dan videografer alam bawah laut

Muljadi Pinneng Sulungbudi, fotografer dan videografer alam bawah laut. (Foto: dok. pribadi)

Pinneng bisa dibilang satu-satunya orang Indonesia yang berani memproklamasikan diri sebagai fotografer dan videografer bawah laut profesional. “Banyak fotografer dan videografer bagus, tapi belum ada yang berani mengklaim dirinya profesional khusus untuk bawah laut. Saya mengklaim, bukan karena ingin punya status profesional, tapi lebih karena tanggung jawab pada pekerjaan saya,” tuturnya.

Pinneng baru berani memproklamasikan diri sebagai profesional di bidang ini sejak tiga tahun lalu, meskipun perkenalannya dengan dunia bawah laut dimulai tahun 2003. Dan pada 2007 serius mengikuti kursus fotografi dan videografi bawah laut. “Saya perlu mengasah diri. Tidak banyak kursus semacam ini di Indonesia,” katanya. Teknik dan skill memotret di bawah laut, imbuhnya, makin terasah dengan makin seringnya dia mengambil gambar di bawah laut, serta belajar dan bertukar pengalaman dengan sesama teman.

Keberanian itu kian terpacu ketika dia menerima pengakuan dan penghargaan internasional. Antara lain, Wakatobi U/W Photographic Competition, Wakatobi, Indonesia: 1st Macro Category (2007); The Blue Earth UW Photo Contest, Japan: Honorable Mention Macro Category; Raja Ampat U/W Photographic Competition, Raja Ampat, Indonesia: 2nd Wide Angle Category; Scuba Diving Magazine Photo Contest, USA: Grand Prize Winner (2008); DEEP Indonesia International Underwater Photo Competition, Indonesia: Honorable Mention Animal Portrait Category; FINS Magazine group: Photo of the Month May 2009; The Blue Earth UW Photo Contest, Japan: Honorable Mention Macro Category; Underwater Images Competition-USA: 3rd Conservation Category; Scuba Diver Australasia 2009 Manado Shootout: Winner Portfolio, 2nd Wide Angle Category and 1st Macro Category.

Ketertarikan Pinneng pada dunia bawah laut dimulai pada akhir 1998, saat ia memutuskan kembali ke Kupang untuk meneruskan bisnis keluarga. Sebelumnya, ia sempat dua tahun berkarier di Astra. Di kampung halamannya itu, ia belajar diving. “Saya mau orang juga tahu yang saya lihat waktu diving, saya gunakan kamera poket plus ‘rumahnya’ agar bisa dibawa menyelam,” ujar Pinneng yang sejak SMP memang suka memotret.

Seiring perjalanan waktu, ia mulai serius melihat-lihat hasil jepretan penyelam lain atau fotografer luar negeri yang memotret di bawah laut. Ia juga mengikuti lomba. Lomba pertama yang ia menangi adalah lomba yang digelar sebuah majalah Amerika. “Foto saya menjadi yang terbaik dari seluruh peserta, hadiahnya juga lumayan. Dari situ saya bisa beli kamera DSLR dengan housing untuk underwater serta lampu-lampu penunjangnya,” ia bercerita.

Muljadi Pinneng Sulungbudi

Hasil jepretan Muljadi Pinneng

Keseriusan mendalami profesi bawah laut mengantarkannya bersama Nadine Candrawinata, Riyani Jangkaru dan Gemala mendirikan Dive Mag Indonesia, majalah khusus diving. Bersama Gemala, ia juga mengelola Wet Traveler, program traveling yang berhubungan dengan air (menyelam, surfing). Hanya saja masih terbatas di YouTube – acara ini disponsori Simpati Telkomsel yang secara eksklusif mengampanyekan slogan produknya, #GoDiscover.

Diakui Jowvy Kumala, Manajer Komunikasi Korporat Kanal Media Internal Telkomsel, Simpati hingga sekarang masih menjadi sponsor utama acara tersebut. “Saya pikir Wet Traveler itu sesuai dengan slogan #GoDiscover, yaitu orang-orang pecicilan jalan-jalan dan terutama di air,” ujarnya. Menurutnya, mereka memiliki konsep yang jelas, mereka datang ke pelosok daerah yang ada jaringan Telkomsel. “Sekalian promosi toh, tapi yang sebenarnya ingin kami sampaikan adalah mereka suka traveling, dan melalui traveling kami bisa mengeksplor banyak hal,” paparnya.

Menurut Jowvy yang juga Instruktur Diving Padi, Pinneng mewakili anak muda yang berani mengeksplor dan bagaimana memanfaatkan hidup. “Sebagai profesional, saya melihat Pinneng sangat pro. Dia sangat suka sharing. Dengan makin banyak share, dia bisa memunculkan Pinneng-Pinneng baru,” imbuhnya. Dari situ juga bisa disampaikan bahwa hobi seperti yang dia tekuni sebenarnya bisa menghasilkan uang yang cukup bagus. Selama ini, orang menggunakan kamera dan menyelam hanya untuk fun. Padahal, kalau mau serius, bisa dijadikan income tambahan. “Pinneng sangat sadar akan kelebihan ini. Dia bisa merekam dengan baik di bawah laut, bahkan menyampaikan edukasi keindahan laut kita.”

Dari profesinya itu, Pinneng mengaku mendapatkan penghasilan yang lumayan. Apalagi saat ini belum banyak yang berprofesi seperti ini. “Bahwa saya bisa menghasilkan uang dari foto yang saya dapat, tidak. Tapi saya dapat pekerjaan akibat itu, banyak,” ungkap ayah tiga anak ini. Ia mencontohkan, beberapa daerah memintanya untuk membuat koleksi foto potensi wisata bawah laut, resor, pembuatan film dan video. Menurutnya, profesi ini menjanjikan, tetapi tergantung sejauh mana mampu melebarkan sayapnya.

Apakah sekali pekerjaan fee-nya bisa sampai puluhan juta rupiah? “Bisa. Tapi, yang terpenting, dengan memasuki daerah baru, saya bisa berbagi informasi seperti apa resor yang oke, tempat menyelam yang asyik, dan sebagainya,” kata Pinneng yang kerap memberikan pelatihan fotografi dan videografi bawah laut untuk berbagai organisasi dan perusahaan.

Pinneng mengaku beruntung bisa mempelajari fotografi bawah laut secara bertahap. Mulai dari memotret untuk bersenang-senang, lalu memotret untuk kompetisi, memotret untuk majalah, memotret untuk eksplorasi dan memotret untuk profesional. Memotret untuk eksplorasi maksudnya adalah ketika suatu tempat mau dibuka, ia dipanggil untuk memotret dan memperlihatkan ke dunia, potensi apa saja di bawah laut di daerah baru itu yang menarik dieksplor. Biasanya, yang meminta adalah  pebisnis yang akan membuka usaha atau pemda yang ingin memunculkan potensi bawah laut di daerahnya. “Dengan pengalaman yang bertahap itu, saya beruntung karena memberikan pengalaman. Masing-masing tahapan mengasah skill dan kemampuan saya.”

Keindahan dunia bawah laut dan fotografi bawah laut juga diabadikannya dalam sebuah buku berbahasa Inggris yang dia beri judul Halia. Buku yang diterbitkan Afterhours Books itu baru diluncurkan di Frankfurt Book Festival belum lama ini. “Dalam buku itu saya menyampaikan, tidak ada fotografer yang jago sekali, semua sama, karena tekniknya itu-itu saja. Bedanya adalah ada orang-orang yang membuat kesempatan, terutama tentang foto underwater,” ungkapnya. Seperti dirinya, orang mengenal Pinneng sebagai fotografer bawah laut, ketika ia dikenal sebagai profesional, kemudian orang memberinya kesempatan untuk mengeksplor suatu tempat. “Ketika orang memberikan kesempatan mengeksplor tempat itu, otomatis saya sendiri mempunyai kesempatan buat memotret lebih bagus di tempat itu,” tuturnya.

Pengalaman tak terlupakan adalah ketika dia dan tim DiveMag diundang melihat Wheel Shark di Nabire, Papua. Waktu itu publik belum terlalu tahu tentang keberadaan salah satu hewan purba yang masih ada di sana. “Kalau mau ke sana biaya sangat mahal, satu orang saja butuh dana Rp 12 juta. Beruntung saya diundang. Saya yang motret pertama kali, orang Indonesia pertama,” kata pria yang mengantongi lisensi Dive Master ini. Saat itu dia diundang oleh sebuah resor  yang akan menjual program perjalanan ke sana.

Pinneng juga pernah diundang perusahaan tambang di Sumbawa. “Kalau orang biasa mau memotret di sana tidak bisa,” ujarnya. Ia juga rajin diundang pemda-pemda yang ingin wisata bawah lautnya dieksplor. “Menjadi orang pertama yang mengeksplor suatu tempat, saya rasa ini prestasi dan kebanggaan tersendiri,” ucapnya. Kunci sukses mengambil gambar di bawah laut, imbuhnya, adalah teknik diving-nya harus bagus dulu.

 

The post Muljadi Pinneng Sulungbudi: Profesional Langka Dunia Bawah Laut appeared first on SWA.co.id.

Rangkul Enterpreneur Muda, BCA Dorong Generasi Muda Ciptakan Nilai Tambah

$
0
0
Kafe BCA

Di hadapan para mahasiswa penerima beasiswa Bakti BCA yang hadir pada talkshow bertajuk Kafe BCA, 13 Januari 2016 lalu di Menara BCA, Jakarta, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengajukan pertanyaan, siapa yang ingin menjadi pelaku wirausaha,. tak satu pun mengacungkan tangan.

Kafe BCA

Kafe BCA

Ya, dalam diri sebagian besar dari kita sejak kecil memang tertanam mindset untuk menjadi dokter, insinyur atau profesi tertentu ketika besar. Sangat jarang yang memiliki cita-cita menjadi entrepreuner atau wirausahawan.

Pada talkshow perdana bertema Potensi dan Tantangan Generasi Muda sebagai Pelaku Usahatersebut PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menghadirkan pembicara para entrepreneur muda yang sukses meniti karier melalui jalur wirausaha untuk berbagi pemahaman dan pengalaman kepada generasi muda bangsa demi mendorong lahirnya entrepreneur muda baru yang sejatinya memberikan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat dan bangsa.

Kaum muda yang sukses dengan ide kreatifnya tersebut di antaranya Yasa Paramita Singgih melalui personal development menginspirasi generasi muda dengan bisnis fashion Men’s Republic yang dirintis saat ia berusia 15 tahun dan Elihu Nugroho dengan service excellence yang menawarkan metode mencuci mobil tanpa air demi mendukung gerakan menghemat air bersih.

Pembicara utama lainnya adalah Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid yang memberikan pemahaman terkait kekuatan generasi muda dalam memberikan nilai tambah dan menjadi pewaris tongkat estafet kepemimpinan bangsa serta sharing dari Yudan Hermawan, yang berhasil menggerakkan pemuda Karang Taruna di desanya untuk mengubah Goa Pindul menjadi daerah tujuan wisata bekerja sama dengan program Bakti BCA.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja yang hadir sekaligus membuka acara mengatakan, pentingnya posisi generasi muda bagi bangsa perlu disadari dengan memberikan kesempatan agar generasi muda dapat berkembang dan pada saatnya mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Salah satunya dengan mendorong generasi muda untuk berkiprah secara mandiri melalui jalur wirausaha di berbagai sektor. Potensi generasi muda sangat besar untuk berkiprah di jalur wirausaha karena bertumpu pada kekuatan kreativitas dan inovasi sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

“Kami menyadari adanya pergeseran di kalangan generasi muda saat ini yang cenderung ingin meniti karier di jalur wirausaha. Melalui forum Kafe BCA ini, kami ingin merangkul semangat ini agar kaum muda saling berbagi pemahaman dan pengalaman menjadi entrepreneur sekaligus mendorong lahirnya entrepreneur muda baru,” ujar Jahja.

Jahja menambahkan, tren bertumbuhnya entrepreneur muda di berbagai sektor, seperti di sektor service excellence, personal development, dan improving life menandakan optimisme positif bagi masa depan bangsa kedepannya. Pasalnya, visi entrepreneur muda dalam setiap usaha yang dibangun tersebut tidak saja dalam rangka mengejar profit (profit oriented), tetapi juga memikirkan dengan serius passion mereka dalam memberikan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat (socialpreneur).

Kafe BCA

Kafe BCA

“Kita mungkin telah menjadi orang yang menikmati manfaat dari visi wirausaha muda ini dan ada banyak orang di antara kita yang telah dibantu oleh visi wirausaha mereka. Kami merasa menjadi bagian tak terpisahkan dari visi ini karena BCA juga senantiasa berkomitmen untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat baik dalam aspek service excellence, personal development, dan improving life,” tutupnya.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja (ketiga kanan), Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati (kedua kanan), Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid (ketiga kiri), Pendiri Valo Waterless Car Care Elihu Nugroho (kedua kiri), Pendiri Men’s Republic Yasa Paramita Singgih (kiri), dan Ketua Karang Taruna Goa Pindul (Desa Wisata Binaan BCA) Yudan Hermawan (kanan) berbincang seusai acara Talk Show Kafe BCA di Jakarta, Rabu (13/01). Melalui Kafe BCA yang mengusung tema “Potensi dan Tantangan Generasi Muda sebagai Pelaku Usaha”, BCA mendorong lahirnya entrepreneur muda baru yang sejatinya memberikan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat dan bangsa.

 

The post Rangkul Enterpreneur Muda, BCA Dorong Generasi Muda Ciptakan Nilai Tambah appeared first on SWA.co.id.

Anak-anak Muda Yogya Getol Berbisnis Online

$
0
0
bisnis online

 

Bisnis dalam jaringan (online) di Yogyakarta meningkat pesat dalam dua tahun terakhir. Diperkirakan sekitar 1.000 pelaku usaha kecil-menengah memanfaatkan bisnis dalam jaringan. “Sebanyak 70 persen pelaku usaha bisnis adalah kalangan muda,” kata Konsultan Pusat Layanan Usaha Terpadu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Wahyu Tri Atmojo, kemarin.bisnis online

Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa, sarjana, dan ibu rumah tangga. Pertumbuhan itu dihitung sejak 2014. Menurut Wahyu, para pelaku usaha datang untuk berkonsultasi agar usaha dalam jaringannya dikunjungi konsumen. Ada juga yang bertanya, bagaimana membuat tampilan produk yang menarik.
Dari 800 usaha mikro kecil dan menengah yang dibina Pusat Layanan, sekitar 60 persen adalah usaha mikro dan sisanya adalah skala kecil-menengah. Dia mengatakan, sebagian mereka memanfaatkan perdagangan elektronik untuk memasarkan beraneka produk. Di antaranya kerajinan, baju, batik, tas rajut, kerajinan miniatur musik, kerajinan miniatur khas Yogyakarta, dan kuliner.
Marketing Eksekutif UMKM Market, Maria Mira, mengatakan, dari 1,7 juta pelaku usaha, sebanyak 700 orang memanfaatkan bisnis dalam jaringan. “Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah usaha kecil menengah yang memanfaatkan bisnis online naik 60 persen,” kata dia.

Sebanyak 50 persen pelaku usaha adalah orang muda yang memanfaatkan media sosial, seperti Instagram. Maria memperkirakan omzet bisnis dalam jaringan ini mampu meraup Rp 5-10 juta per hari.

Pelaku usaha kecil-menengah, Nur Hidayah Erna, mengatakan bisnis dalam jaringan sangat menguntungkan karena lebih praktis. Menurut dia, yang diperlukan dalam bisnis adalah menjaga kepercayaan pelanggan yang tersebar di Jakarta, Kalimantan, dan  Sumatera. “Omzet saya rata-rata Rp 10 juta per bulan,” ujarnya.

Tempo.co

 

The post Anak-anak Muda Yogya Getol Berbisnis Online appeared first on SWA.co.id.

Wow, Tersedia 500 Outlet Pameran dari Pemerintah untuk Bantu Promosi UKM

$
0
0
Presiden Jokowi sedang memperhatikan produk UKM

Direktur Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi Usaha Kecil Menengah (LLP KUKM) Ahmad Zabadi membuka kesempatan bagi produk 500 usaha kecil menengah untuk dipromosikan  di gedung Smesco RumahKU (Rumah Koperasi dan UKM) Jakarta. “Kami memantapkan peran sebagai rumah pemasaran bagi UKM,” kata dia di Jakarta, Jumat, 29 Januari 2016.

Presiden Jokowi sedang memperhatikan produk UKM

Presiden Jokowi sedang memperhatikan produk UKM

Ahmad menuturkan produk yang bisa dipamerkan bisa berbentuk industri kreatif dan fashion. Saat ini sudah 328 UKM yang terdaftar untuk pameran.

Ia mendorong kepada para pelaku usaha untuk mendaftarkan produknya sebagai bentuk promosi. Namun Ahmad menilai produk yang bisa dipamerkan di Smesco tergolong produk siap bersaing.

Pemerintah, kata Ahmad, akan menyediakan tenaga ahli bidang industri untuk membantu para UKM membaca pasar dan meningkatkan daya saing. Ia menyebut 500 UKM akan didorong masuk ke pasar modern. Selain itu, berkomitmen untuk memperkuat bisnis di sektor UKM dengan membuka akses pameran ke luar negeri seperti Korea Selatan.

Menurut Ahmad, 500 UKM itu diprioritaskan untuk 18 kota besar baik dari Pulau Jawa atau luar Jawa. UKM yang dipamerkan,  akan mendapat prioritas pemerintah. “Ketika pemerintah mengadakan even di daerah, UKM yang masuk pameran Smesco akan diberikan promosikan ke daerah-daerah.”

Tidak ada pungutan biaya pendaftaran bagi UKM yang ingin memamerkan produknya di Smesco. Namun,  pemerintah hanya akan membantu sektor pemasaran, bukan lagi persoalan bahan baku atau packaging.
Tempo.co

The post Wow, Tersedia 500 Outlet Pameran dari Pemerintah untuk Bantu Promosi UKM appeared first on SWA.co.id.

Perjuangan Kuncarsono Berbisnis Cinderamata “Jadul”

$
0
0
Kuncarsono Prasetyo, Pendiri Sawoong

Hobi menggambar berpadu dengan gairah konservasi budaya menjadi kunci sukses Kuncarsono Prasetyo membesarkan bisnis cinderamata yang berkonsep Surabaya tempo dulu. Meski perjalanannya diwarnai banyak hambatan, kini dia sukses meraup omset miliaran Rupiah per tahun.

Mantan wartawan Harian Surya yang dua kali menyabet penghargaan jurnalistik Anugerah Adiwarta Sampoerna itu mengaku mulai serius berbisnis pada 2010. “Saya selalu total dalam berkarier. Karena itu, saya pilih mengundurkan diri dari perusahaan untuk membesarkan Sawoong,” ujar pria kelahiran Balongsari, Kecamatan Tandes, Surabaya, 1 Maret 1977, ini.

Kuncarsono Prasetyo, Pendiri Sawoong

Kuncarsono Prasetyo, Pendiri Sawoong

Konsep Sawoong yang berupaya mengampanyekan konservasi cagar budaya di Surabaya sesungguhnya muncul saat dirinya menjadi wartawan. Ceritanya, pada 2004, alumni FISIP Universitas Airlangga itu memergoki upaya pembongkaran Stasiun Surabaya Kota atau yang dikenal dengan sebutan Stasiun Semut di Surabaya.

“Ketika itu, saya tidak hanya liputan, tetapi belajar tentang restorasi dan advokasi. Saya tampaknya melibatkan diri terlalu dalam untuk urusan cagar budaya, sampai menjadi bagian dari tim advokasi. Syukur, bangunan itu akhirnya gagal dibongkar dan direstorasi,” ungkapnya menceritakan kisah penyelamatan stasiun tertua di Indonesia itu.

Dari peristiwa itu, muncul ide sederhana di benak Kuncarsono yang hobi menggambar sejak kecil, yakni mengedukasi soal cagar budaya tetapi dengan gaya kasual nan ringan. Tujuannya, agar anak muda merasa ikut memiliki warisan budaya. “Visinya sih sebagai upaya kampanye bersama penyelamatan warisan budaya,” dia menjelaskan filosofi Sawoong. Produknya menyasar usia 25-30 tahun, segmen yang dirasanya cukup matang untuk mencerna pesan-pesan Sawoong sekaligus memiliki daya beli yang memadai.

Pada 2009, sembari menjalankan tugas kewartawanan, dia mulai mewujudkan idenya dengan membuat kaus bergambar khas Surabaya tempo dulu. Modal pribadi sebesar Rp 4 juta digunakan untuk memproduksi 100 kaus, biaya sewa pameran, dan menggaji beberapa pegawainya. Meski produksi kausnya dialihdayakan ke pihak ketiga, saat permintaan membesar, dia mulai kesulitan membagi waktu. Ditambah lagi, dia kerap mengikuti pameran di Surabaya demi memopulerkan Sawoong. “Sampai kemudian saya memilih resign tahun 2010,” katanya.

Kuncarsono memang serius membesarkan bisnisnya. Gambar-gambar yang dibuatnya bukan sekadar hasil imajinasi, tetapi berdasarkan hasil riset mendalam. Dia kerap berdiskusi dengan ahli sejarah dan budaya, belajar dari para desainer berpengalaman, hingga mengunjungi berbagai tempat lawas di Surabaya, salah satunya makam kuno. “Kalau ingin tahu tren desain setiap zaman, tinggal melihat saja tahun berapa orang itu dimakamkan. Bentuk makam dan ornamen desain prasastinya berbeda setiap tahun,” ujarnya.

Ketekunan itu didasari keinginannya untuk menghasilkan produk dengan desain yang kuat dan unik. Setiap desain Sawoong berciri khas Surabaya jadul alias zaman dulu, termasuk kata-katanya. “Orang yang membeli Sawoong akan menemukan hal unik. Bahkan, sampai ejaan kami menggunakan ejaan lama. Ini kekuatan Sawoong, semua dari riset,” paparnya.

Keunikan Sawoong terbukti mampu mengangkatnya memasuki museum rokok terbesar di Indonesia, House of Sampoerna (HoS), yang berlokasi di Surabaya. Ceritanya, saat Kuncarsono tengah pameran di mal, gerainya didatangi seseorang yang ternyata general manager HoS. “Dia tertarik dan akhirnya mengajak saya kerja sama di HoS. Saat itu rasanya tidak percaya, kerja sampingan yang main-main itu ditawari untuk menempati shop di museum rokok terbesar, tempat wisata utama Surabaya. Dari situ, Sawoong berkembang. Permintaan banyak, varian bertambah. Sampai kami kewalahan melayani,” tuturnya.

Permintaan yang meroket membawa tantangan tersendiri. Kuncarsono kepayahan mengimbangi kapasitas produksi dengan permintaan pasar. Apalagi, mitra penjahitnya tak lagi mampu menghasilkan produk berkualitas baik dan keteteran memenuhi tenggat. Setelah tujuh kali berganti mitra penjahit, dia memutuskan memproduksi sendiri. “Saya merasa lelah, bahkan terpikir tutup saja,” katanya mengenang.

Untung saja, dia memutuskan satu usaha terakhir sebelum berhenti, yakni membuka bengkel kerja sendiri. Modal Rp 12 juta dikucurkan untuk membeli mesin jahit dan peralatan sablon, serta sewa tempat dua tahun di garasi rumah kosong milik tetangga, juga gaji seorang tukang jahit dan satu tukang sablon.

Ujian lain sempat menerpa kembali. Dari diusir dari lokasi produksinya hingga ditinggal pekerja andalan. Berkat kegigihannya, satu per satu masalah bisa diatasi. Perjuangannya tak sia-sia. Dengan bantuan 24 karyawan tetap, puluhan pekerja lepas dan juga plasma yang dibinanya, dia kini mampu menghasilkan 10 ribu kaus oblong saban bulan. Dia bahkan mampu meluaskan lini produknya dengan aneka produk lain seperti mug, pin, jaket, kemeja, tumbler, tas, hingga kartu pos.

Hebatnya lagi, tahun lalu dia mampu membeli sebuah rumah cagar budaya seluas 350 m2 untuk basis produksi sekaligus gerai Sawoong. “Ini rumah cagar budaya, berdiri tahun 1907. Saya membutuhkan waktu untuk konservasi rumah ini untuk mengembalikan bentuk seperti saat rumah itu dibangun. Menarik, karena ini pas dengan passion saya,” ungkapnya dengan nada gembira.

Produk-produk Sawoong kini bisa diperoleh di berbagai gerainya di Mal Cito Surabaya, Plaza Jembatan Merah 2, House of Sampoerna, Terminal 2 Bandara Juanda, hingga di galeri Utama Jl. Makam Peneleh 46. “Awal tahun ini kami sedang develop platform e-commerce untuk menyasar penjualan melalui online,” ungkapnya.

Selain penjualan ritel, klien korporat menjadi pelanggannya seperti Olympic Spring Bed, Semen Indonesia, Adira Finance, dan beberapa bank. “Bahkan, pasar kami hingga ke Timor Leste dan beberapa perusahaan di Australia,” katanya. Tahun lalu, Sawoong menembus omset hingga Rp 3,1 miliar.

Rani Anggraini, Manajer Pemasaran House of Sampoerna, memaparkan, pihaknya tertarik membantu Sawoong karena memang memiliki program pembinaan usaha kecil-menengah (UKM). Selain itu, desain Sawoong yang unik turut memperkuat minat HoS. “Konsep desain produk Sawoong yang mengedepankan sejarah Kota Surabaya membuat Sawoong memiliki daya tarik tersendiri dibanding produk-produk sejenis,” ujarnya.

Rani mengakui, produk Sawoong di HoS mendapat sambutan yang baik dari pengunjung museum. “Hasil penjualan itu pun melebihi penjualan di outlet Sawoong di beberapa mal di Surabaya,” ungkap Rani melalui sambungan telepon.

Sebagai salah satu UKM yang berhasil dibantu HoS, Rani terus mendorong Sawoong untuk turut membantu masyarakat lain agar dapat mengikuti jejak suksesnya. “Sawoong pun sudah mendidik pemuda pengangguran dari warga sekitar usahanya, yang awalnya tidak memiliki keahlian khusus, saat ini sudah menjadi tenaga terlatih untuk turut membantu proses produksi,” katanya. (Riset: M. Khoirul Umam)

The post Perjuangan Kuncarsono Berbisnis Cinderamata “Jadul” appeared first on SWA.co.id.

Cajun Claws Tawarkan 20 Menu Baru

$
0
0
IMG_5423

IMG_5423

Berkembangnya industri food and beverage (F&B) dalam sisi inovasi, membuat para pelaku usaha di industri ini terus menghasilkan inovasi baik dari sisi menu maupun konsep. Cajun Claws, restoran hidangan laut yang berdiri sejak November 2014 tak ketinggalan membuat inovasi baru. Awalnya, Cajun Claws berfokus kepada standar dan metode seafood boil khas daerah Lousiana, Amerika Utara, Cajun Claws menghadirkan pengalaman memakan hidangan laut yang berbeda.

Kini, Cajan Claws memperluas konsepnya dari Authentic Louisiana Seafood menjadi Real American Food untuk memperluas pasar yang sebelumnya spesifik untuk pecinta kuliner seafood menjadi pecinta kuliner lainnya.
Tanpa meninggalkan menu andalannya, yaitu seafood boils, Cajun Claws menyajikan full course menu mulai dari appetizer, snacks, sandwich, pasta hingga dessert.

Bahan dasar yang digunakan pun lebih beragam seperti daging ayam dan sapi. Menu makanan yang disajikan terinspirasi dari menu-menu popular dari negara bagian daerah selatan Amerika atau dikenal sebagai The Southern United States seperti Lousiana, Georgia, Missisipi, Virginia, dan negara bagian lainnya.

Ada 20 menu baru yang ditawarkan oleh Cajun Claws, antara lain Buffalo Wings with Blue Cheese Sauce, Buttermilk Fried Calamari, Pulled BBQ Beef Sandwich, Crawfish Sliders, Blackened Fish, Jambalaya, Seafood Gumbo, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk menu dessert ada Lemon Icebox Pie, Cajun Flambe, Mudpie, dan Candied Yummie Pie. Menu yang ada di Cajun Claws verkisar antara Rp 100 – 400 ribu.

“Biasanya Flambe hanya tersedia di restoran-restoran mewah. Tapi pengunjung bisa menikmati Flambe tanpa merogoh saku dalam-dalam,” ujar Tommy Putra, Pemilik Cajun Claws. Tommy menambahkan butuh waktu 7 bulan untuk membuat menu-menu baru. Ia memastikan bahwa rasa yang ditawarkan sama dengan di The Southern United States.

“Makanan yang ada di The Southern United States hampir sama dengan makanan di Indonesia karena mereka memakai banyak bumbu. Kami menawarkan cita rasa otentik yang sama dengan makanan di The Southern United States. Memang, bagi sebagian orang yang belum pernah ke Amerika akan merasa asing dengan makanan di sini, tapi jika yang sudah pernah kes sana mereka bilang rasanya sama persis. Bahkan ada pelanggan kami yang berasal dari Amerika bilang ‘it feels like home’,” jelasnya.

Selain menu yang lebih bervariasi, jam buka Cajun Claws pun diperpanjang. Jika sebelumnya beroperasi pukul 5 sore, kini restoran buka lebih awal pukul 12 siang. “Karena menu yang kami sajikan lebih bervariasi, jadi jam buka kami lebih pagi,” tambahnya. Restoran yang berada di kawasan Pantai Indah Kapuk ini, memilki kapasitas 120 orang. Dalam sebulan, pelanggan yang bisa datang ke restoran ini mencapai 500 orang. (EVA)

The post Cajun Claws Tawarkan 20 Menu Baru appeared first on SWA.co.id.


Wulani Wihardjono, MBA – Sukses Mengatapi Nusantara

$
0
0
Wulani Wiharjono, MBA., CEO PT. Tatalogam Lestari - Alumni Program MBA angkatan IXA, PPM School of Management.

Sumber daya manusia jua menjadi ranah yang tidak ketinggalan disasar demi kemajuan perusahaan. Terlebih jika ada sistem baru yang berlaku sesuai tuntutan zaman yang memang selalu dinamis. Penerapan formasi orang baru dan orang lama dipraktekkan, tujuannya, agar orang lama menularkan pengalamannya dan orang baru membawa angin perubahan.

Pastinya pernah dengar nama PT Tatalogam Lestari, malah bagi yang berkutat dengan dunia konstruksi nama Tatalogam pasti sudah tidak asing lagi. Betapa tidak, perusahaan yang mulai dirintis pada tahun 1994 ini adalah penguasa pasar genteng metal di Indonesia dengan meraup pangsa besar 80%.

Dari awal berdisi, perusahaan pemimpin pasar atap metal zincalume ini terus berinovasi, tak hanya memproduksi jenis genteng, namun juga membuat pendukung bangunan lain seperti metal kaso, kuda-kuda baja ringan, hingga pagar. Adalah Multi Roof, Sakura Roof, Multi Sirap, Fancy, Soka Jempol, Sakura MX, Sakura Tuss dan Taso merupakan nama-nama dagangnya.

Wulani Wiharjono, MBA., CEO PT. Tatalogam Lestari - Alumni Program MBA angkatan IXA, PPM School of Management.

Wulani Wiharjono, MBA., CEO PT. Tatalogam Lestari – Alumni Program MBA angkatan IXA, PPM School of Management.

Tatalogam merupakan perusahaan keluarga yang didirikan pasangan Yarrianto Rismono dan Wulani Wihardjono. Nama yang terakhir disebut bisa dibilang merupakan ‘motor’ dari semuanya tentang Tatalogam. Ir. Wulani Wihardjono MBA. adalah alumni program MBA (sekarang MM-Magister Manajemen) PPM School of Management angkatan IXA. Saat ini menjabat sebagai CFO PT Tatalogam Lestari.

Ibu Lani, begitu beliau biasa dipanggil. Lahir di Semarang 27 Mei 1952, awal masuk dunia kerja selepas lulus S1 berkarir di Balai Penelitian Departemen Perindustrian. Karena dirinya ‘tidak bisa diam’ dan melulu bertugas di belakang meja, akhirnya memilih untuk hengkang jadi PNS. “Opo sih, kayak orang hidup kok disia-siakan, cuma kerja duduk-duduk di meja,” ujar anak ke-3 dari 9 bersaudara ini.

Berlabuhlah Ibu Lani di perusahaan penghasil minyak goreng, selama 16 tahun Ia bekerja di sana, mulai dari sales dan berakhir sebagai direktur. Tahun 1997, sang suami resmi meminangnya untuk membantu total di Tatalogam, yang pada 1994 telah dirintis bersama sebelumnya. Di tangannya, Tatalogam melaju pesat, permintaan terus melambung. Untuk mendukung operasional sekarang Tatalogam mengoperasikan empat pabrik besar, tiga di Cikarang dan satu di Cibitung, diperkuat 900 karyawan dan mampu menghasilkan produk baja ringan sebanyak 15.000 ton/bulan.

Tak heran karena prestasinya maka Ibu Lani meraih Anugerah Kadarman 2007 kategori Strategic Change Leader bidang ENTREPRENEURSHIP. Beliau terpilih atas keberhasilannya memanfaatkan peluang bisnis dengan sangat jeli dan tepat hingga berkontribusi secara nasional dan kini memegang mayoritas pasar di industrinya walau memasuki bisnis tersebut bukan sebagai pemain yang pertama.

Mimpinya untuk mengatapi Nusantara kini bisa dibilang telah nyata, ibu dua anak ini mengku, dahulu sempat takut menggeluti bisnis ini (genteng). “Takut ditolak pasar dan takut banyak yang niru. Kan di awal tahun Tatalogam berdiri masyarakat belum kenal dengan genteng bahan metal” kisahnya, inovasi dianggap hal yang penting selain komitmen memberikan yang terbaik bagi pelanggan.

Menurutnya, perusahaan yang tidak berinovasi adalah perusahaan yang mati. Tidak ada satu perusahaan pun yang dapat bertahan digerus zaman bila tidak melakukan inovasi. Kami (Tatalogam-red) selalu berpikir ke depan, melihat peluang dan terutama melakukan invosi, terlebih dalam inovasi proses yang bisa memangkas waktu dan berujung efektivitas. Jangan berhenti dalam zona nyaman, karena good adalah musuh nyata dari great.

Urusan inovasi tidak main-main diterapkan Ibu Lani di Tatalogam, demi mengejar inovasi berkelanjutan, maka budaya inovasi didorong di perusahaan dengan melibatkan seluruh elemen karyawan, semuanya senantiasa ‘dituntut’ untuk berpikir dan berinovasi. “Jadi, inovasi tersebut bukan hanya datang dari atas, tetapi dari seluruh lini dan disempurnakan bersama”, imbuhnya.

Buah inovasi dalam hal produk dan proses yang baru-baru ini di Tatalogam adalah produk BBHouse, yang dilakukan oleh seluruh manajer dan karyawan lintas divisi. BBHouse sendiri merupakan rumah sehat anti rayap, berbahan atap metal dan rangka baja ringan serta dinding dari bata ringan. Proses pembuatan satu rumah hanya memakan waktu lima hari dengan installman (tukan) terlatih dari Tatalogam, terang Ibu Lani.

Sumber daya manusia juga menjadi ranah yang tidak ketinggalan disasar dmi kemajuan perusahaan. Terlebih jika ada sistem baru yang berlaku sesuai tuntutan zaman yang memang selalu dinamis. Penerapan formasi orang baru dan orang lama dipraktekkan, tujuannya, agar orang lama menularkan pengalamannya dan orang baru membawa angin perubahan.

“Kalau dari sisi leadership, senantiasa bagaimana saya dapat menginspirasi staff dan karyawan untuk mewujudkan visi bersama dengan upaya melatih dan melibatkan mereka dalam hal-hal strategis. Budaya perusahaan juga tidak boleh kehilangan valuenya, seperti halnya Sekolah Tinggi Manajemen PPM yang mempunyai value yang baik dan agung, maka kita wajib menanamkan nilai-nilai baik perusahaan.” tutup perempuan ramah dan riang ini menyoal strong leadership. (RIF)

 


PPM School of Management

PPM School of Management (ppm-school.ac.id)


 

 

The post Wulani Wihardjono, MBA – Sukses Mengatapi Nusantara appeared first on SWA.co.id.

Cara Linda Sudarsono Mendongkrak Pamor Batik

$
0
0
Linda Sudarsono, Pemilik Batik Lasem

Tak ada istilah terlambat untuk memulai sesuatu yang baru. Termasuk dalam mengembangkan usaha. Itulah yang dilakukan Linda Sudarsono (kini 46 tahun), yang memulai bisnis sebagai pengusaha Batik Lasem 6 tahun lalu. “Kenapa mulai bisnis di usia 40? Kan ada ungkapan: Life begins at forty,” katanya seraya tersenyum.

 

Uniknya, Linda mengaku sebenarnya  tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pekerjaan di bidang  fashion. Ia juga mengaku sebelumnya tidak terlalu mengenal seni batik. Dalam kesehariannya, Linda sendiri lebih suka memakai kaus dan celana jins.  “Sebenarnya, semua mengalir saja. Awalnya, saya tidak terlalu menyukai batik, dan tidak berniat untuk jadi desainer,” katanya.  Lalu, setelah terjun ke bisnis batik, mengapa ia memilih Batik Lasem?  “Karena saya ada ‘darah Lasem’ dari garis Papa,” katanya lagi.

 

Menurut wanita kelahiran Jakarta 27 September 1969 ini, awalnya ia menjadi pengusaha dan desainer batik secara tidak sengaja pada November 2010. Maklum, ketika itu batik baru mulai booming. Iparnya mengajaknya berbisnis batik. Namun praktiknya, saudaranya itu tidak punya waktu untuk menjalankan bisnis batik tersebut. “Akhirnya saya jalankan sendiri. Tadinya cuma mau menjual kain karena ipar saya paham kain.  Tapi,  saya ini orangnya nggak sabaran. Akhirnya saya buat baju, terus dijual ke teman-teman,” tuturnya.

 

Dengan modal awal sekitar Rp 30 juta, Linda mulai mengembangkan usaha pembuatan batik. Didukung tiga orang penjahit, Linda pun mulai merancang dan membuat batik tulis dengan merek Batique by Linda. Harga jualnya mulai dari Rp 350 ribu hingga Rp 5 jutaan per potong. “Dari dulu, saya sebenarnya tidak punya bakat menggambar atau menjahit. Saya hanya menjelaskan secara terperinci ke penjahit: maunya begini, bentuk dan modelnya seperti apa,” ungkap Linda.

 

Order pertama yang diterimanya adalah merancang gaun untuk  klien pertamanya, yang tak lain sahabatnya sendiri, Veronica (Vonny) Lawantara.Vonny kemudian memotret gaun batik itu dan menggunakannya sebagai display picture BlackBerry Messenger. Dari situ, kisah sukses dimulai. Selanjutnya Linda merancang blus untuk Vonny, kemudian baju baby doll, kemeja pria untuk bekerja, gaun cocktail, hingga ia menerima pesanan 100 potong seragam batik kantoran.

Linda Sudarsono, Pemilik Batik Lasem

Linda Sudarsono, Pemilik Batik Lasem

 

Setelah mengikuti berbagai pameran, baik di dalam maupun luar negeri, popularitas Batique by Linda semakin meluas.  Order pun makin deras.  Produk batik Linda dipajang di gerai keren seperti di Grand Indonesia (Alun Alun Indonesia), Kemang Village,  Central Park, dan di gerai-gerai yang ada di Bali.

 

Kini, istri Asan Sutjianto ini tak cuma membuat dan menjual Batik Lasem.  Belakangan  Batik Cirebon dan Batik Yogya pun digarapnya. Untuk pasokan bahan bakunya, Linda sudah menjalin kerja sama dengan para perajin batik, yaitu dengan lima perajin di Lasem, tiga orang di Cirebon, dan dua orang di Yogya.

 

Menurut alumni Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta ini, banyak orang yang menjual batik. Karenanya, salah satu strategi yang dilakukannya agar Batique by Linda dilirik pasar adalah dengan membuat batik yang lebih spesifik. Linda pun menegaskan diri untuk tidak menjual batik print. Lebih dari 80% batik yang diproduksi Linda merupakan batik tulis, sedangkan sisanya batik cap. “Kalau batik cap, saya masih mau karena batik jenis ini melalui proses rumit. Untuk menjangkau berbagai segmen, saya memadukan batik cap dan tulis agar harganya lebih miring,” Linda menjelaskan.

 

Selain itu, ibu dua anak ini juga aktif berpromosi, seperti di media sosial Instagram. Ia tergolong rajin mengikuti berbagai pameran, baik di dalam maupun luar negeri. Rupanya sambutan pasar terhadap produk batik buatan Linda cukup bagus. Ia mengaku ketika fashion show di Jepang pada Oktober 2015 sempat terharu karena apresiasinya sangat bagus.

 

Saat ini, jumlah produksi Batique by Linda mencapai lebih dari 200 potong setiap bulan. Menurut Linda, pihaknya tidak terlalu banyak menyimpan stok.  Justru salah satu kekuatan Batique by Linda adalah kemampuannya memproduksi secara customize. Dengan begitu, produk batik yang dijual Linda tidak pasaran. Juga, pendekatan dan desainnya dilakukan secara personal. “Saya melakukan pendekatan personal dan mendesainnya secara khusus. Itu yang membuat klien merasa baju yang saya buat itu sebagai a private collection, tidak mungkin sama dengan baju orang lain,” Linda memaparkan.

 

Tak hanya customize, busana batik Batique by Linda juga diproduksi dengan berbagai model, seperti crop top, celana pendek, blus, baju muslim, busana cocktail party, dan sebagainya. “Saya mau menunjukkan bahwa batik bisa dipakai  semua orang dan tidak hanya dipakai untuk kondangan saja,” ucap Linda, yang pada Mei nanti mendapat beasiswa dari Kedubes Australia untuk belajar short course di Brisbane, Australia.  Ke depan, Linda berharap bisa memiliki  gerai batik sendiri.

 

Salah seorang pelanggan setia Batique by Linda,  Vonny Lawantara, mengaku puas menggunakan batik karya sahabatnya itu. Menurut Vonny, kebanyakan motif busana batik membosankan. Ini berbeda dari batik yang didesain Linda, yang dinilainya mampu memadukan dua motif batik yang berbeda. Selain itu, modelnya pun unik, tidak membosankan, dan yang tak kalah penting, harganya reasonable dengan kualitasnya. “Sampai sekarang saya sudah punya koleksi Batique by Linda sekitar 100 (potong).  Satu lemari dua pintu saya khusus untuk Batique by Linda,” ucap Vonny sambil tertawa. “Semoga Linda tetap semangat dan mau belajar terus, walaupun dia sudah cukup kreatif,” katanya lagi mendoakan. (Riset: Sarah Ratna Herni)

 

 

The post Cara Linda Sudarsono Mendongkrak Pamor Batik appeared first on SWA.co.id.

Bengkel Kreatif Ala Leonard Theosabrata

$
0
0
Leonard Theosabrata, Pendiri PT Accupunto International

Nama Leonard Theosabrata telah berperan penting dalam industri kreatif.  Putra pendiri Grup Victor, Yos S. Theosabrata ini telah menunjukkan kemampuannya membawa merek lokal untuk mengglobal lewat PT Accupunto Internasional. Kehadirannya telah membawa suasana baru dalam bisnis furnitur keluarga Theosabrata yang telah ada sejak tahun 1971. Dulu, Grup Victor lebih dikenal dengan produk wood working, tetapi kini melalui Accupunto, perusahaan ini juga punya taji di produk furnitur berbahan plastik dan metal.

Namun, kesuksesan kiprah Leo di bisnis keluarga belum membuatnya puas. Pria kelahiran tahun 1977 ini terus menunjukkan eksistensi dirinya melalui jaringan bisnis di luar bisnis keluarga. Bersama teman-temannya, ia aktif mewadahi merek lokal untuk berjaya di negeri sendiri. Salah satunya, dengan mendirikan The Goods Dept dan Brightspot Market, konsep ritel yang menawarkan mayoritas merek lokal dengan desain kontemporer. “Kedua bisnis ini sukses, tapi saya tetap merasa gelisah,” ucapnya.

Leonard Theosabrata, Pendiri Accupunto Internationali

Leonard Theosabrata. “Ini bukan bisnis cari duit, yang penting sudah bisa bayar gaji karyawan, bayar orang-orang yang bantu di sini dan bisa jalan saja, saya sudah senang.”

Kegelisahan tersebut, ia ceritakan, lebih pada rasa khawatir dirinya terhadap proses rantai pasokan. Ia takut ke depan ketika bisnis mulai tumbuh, justru rantai pasokan  tidak tumbuh beriringan  lantaran para vendor mengalami gagal suplai. “Seperti The Goods Dept, yang mana kami punya 250 vendor, kalau 100 vendor saja tutup, bisnis kami bisa anjlok,” ia mengungkapkan.

Dari situ, penerima penghargaan Red Dot Design Award di Jerman itu mulai memikirkan sesuatu yang fundamental. Ia merasa perlu membekali generasi muda untuk dapat mempertahankan sebuah merek dengan cara mengerti keseluruhan proses produksi. Dengan mengetahui secara utuh sebuah proses, ia meyakini akan melahirkan banyak inovasi baru. Semangat  self-made ia yakini dibutuhkan saat ini. Terlebih generasi sekarang punya kecenderungan generasi instan yang dimudahkan oleh akses informasi lewat Internet untuk mencari inspirasi. Wajarlah, ketika diminta untuk membuat sebuah konsep/produk, kebanyakan konsep/produk tersebut hampir mirip atau serupa lantaran bersumber dari hal yang sama: Google. “Misalnya, membuat merek sepatu, tapi tidak pernah membuat sepatu pakai tangan sendiri, nanti setelah tiga tahun usahanya jalan, tapi stagnan, tidak ada inovasi, tidak ada nilai tambah, karena tidak menjalani dan memahami keseluruhan proses,” Leo menegaskan.

Maka tercetuslah di benak Leo untuk membuat sebuah makerspace atau bengkel kreatif, bernama Indoestri, di lahan seluas  2 ribu m2 di Jl. Lingkar Luar Barat 36, Jakarta Barat. Di Indoestri, Leo berusaha mewadahi para desainer, pemikir dan perajin, untuk dapat bertemu dan membuat berbagai produk inovatif lewat tangan sendiri. Ia mengumpamakan Indoestri layaknya sebuah gym bagi para maker yang ingin mengasah keterampilannya membuat kerajinan melalui skill menjahit tekstil dan kulit, bekerja dengan kayu, hingga mengolah metal.

Setiap orang harus menjadi anggota lebih dulu bila ingin memperoleh akses terhadap peralatan yang disediakan Indoestri untuk berkreativitas. Biaya yang dikenakan beragam, tergantung anggota harian atau bulanan. Bila per hari dikenakan biaya Rp 100 ribu, sedangkan per bulan Rp 750 ribu.  “Saat ini kami sudah punya sekitar 150 orang yang menjadi member bulanan,” ujarnya

Meski begitu, Leo tidak menargetkan Indoestri sebagai bisnis yang hanya mengejar profit. Ia pun tak muluk dalam memasang target omset. Hal terpenting bagi dia, setidaknya Indoestri bisa beroperasi secara berkelanjutan. Tak heran, promosi yang dilakukannya pun tida jorjoran alias masih sebatas lewat media sosial, yakni Instagram. “Ini bukan bisnis cari duit, yang penting sudah bisa bayar gaji karyawan, bayar orang-orang yang bantu di sini dan  bisa jalan saja, saya sudah senang,” ungkapnya lagi.

Tujuan utama didirikan Indoestri setahun silam, ia mengatakan, agar tumbuh banyak merek baru berkualitas yang muncul dari proses kreativitas di Indoestri. Ia tidak mau bila Indoestri hanya untuk sekadar tren sesaat, atau tempat kumpul komunitas semata. “Percuma kalau akhirnya cuma buat jadi tren dan gaya-gayaan, saya maunya orang datang dan menghasilkan sesuatu ketika keluar dari sini,” ujar Leo.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Indoestri menyediakan kelas atau lokakarya setiap hari Sabtu. Sebanyak 50 tiket setidaknya selalu ditawarkan per minggu, dengan kisaran harga Rp 500 ribu-1,5 juta. Di kelas tersebut setiap calon peserta bisa mengikuti alternatif pilihan sesi: wood working, metal working, desain produk kulit, dan lain-lain. Pengajar yang  mengisi kelas tersebut ialah orang profesional yang telah mempunyai bisnis sendiri. “Setahun sejak Indoestri berdiri, setidaknya sudah ada 2.500 partisipan pernah ikut,” Leo menerangkan.

Bahkan, baru-baru ini Indoestri juga menawarkan program khusus, bernama long haul, yang punya konsep inkubasi selama 6 minggu, terbagi dalam 18 sesi dengan tiga tahap atau bagian. Tahap pertama ideation, kedua prototyping & industrial approach, dan tahap akhir branding & marketing. “Harapannya, setelah selesai ikut program, peserta bisa punya mentalitas dan skill lebih mantap membangun sebuah merek,” tuturnya.

Karena sifatnya yang lebih intensif, program long haul membebankan biaya yang lebih tinggi dibanding lokakarya biasa. Untuk satu paket program, peserta long haul dikenai biaya Rp 20 juta.  Tidak semua orang bisa ikut program tersebut, Leo punya kriteria tertentu menyeleksi. Ada beberapa orang yang ia tolak beragabung ketika mengetahui alasan ikut program tersebut lebih karena kemauan orang tuanya dibanding keinginan atau passion sendiri. “Saya tidak mau buang waktu, saya bikin long haul, supaya tingkat kesuksesan membuat merek lebih tinggi, walau memang  tidak ada janji atau kepastian ketika selesai pesertanya sudah pasti langsung punya merek,” paparnya. Ia juga menegaskan bahwa peralatan yang berada di Indoestri itu bukan peralatan yang punya kecanggihan teknologi, bahkan sebaliknya lebih ke alat-alat sederhana hand tool.

Dihubungi terpisah, pakar industri kreatif Yoris Sebastian mengapresiasi kehadiran Indoestri. Ia mengatakan, bukan tidak mungkin ke depan makerspace bisa berkembang layaknya tempat kebugaran yang menjamur di mana-mana. Tinggal bagaimana strategi pricing-nya yang ideal untuk menjangkau banyak kalangan. “Mungkin bisa meniru strategi Hendra Nugraha ketika mengembangkan celebrity fitness,” ucap Yoris. (Dimuat di Majalah SWA Edisi 26/2015)

 

 

 

The post Bengkel Kreatif Ala Leonard Theosabrata appeared first on SWA.co.id.

Inovasi Menembus ‘Langit’ Ala Pudak Scientific

$
0
0
Zaenal Arif, CEO CV. Pudak Scientific

Umumnya, perusahaan berinovasi dengan menghasilkan beragam produk yang masih selaras dengan bisnis intinya. Atau paling banter mereka berinovasi dalam proses produksi sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. Namun lain ceritanya dengan CV Pudak Scientific, produsen alat peraga pendidikan untuk tingkat TK hingga Universitas.

Raja alat peraga pendidikan dari Bandung yang kini genap berusia 38 tahun itu berinovasi dengan memproduksi peralatan pesawat terbang, yang sejatinya sungguh jauh dari bisnis intinya. “Sebenarnya ini karena kapasitas produksi kami mendadak melonjak tinggi karena penggunaan peralatan canggih,” ujar Zaenal Arif, CEO CV Pudak Scientific saat ditemui SWA di gedung kantor merangkap pabriknya di Komplek Industri Mekar Mulya, Nomor 12, Jalan Soekarno Hatta, Gedebage, Bandung.

Zaenal Arif, CEO CV. Pudak Scientific

Zaenal Arif, CEO CV. Pudak Scientific

Memang, sejak menggunakan aneka mesin canggih seperti CNC (computer numerical control) pada tahun 2000-an, kecepatannya dalam menghasilkan produk berpresisi tinggi pun meningkat pesat. Saking cepatnya, Pudak sampai kekurangan ‘muatan’. Bidang baru pun ‘terpaksa’ dirambah demi memenuhi kapasitas produksi yang melonjak. Otomotif, elektronik dan printer merupakan beberapa industry yang pernah dirambah Pudak. Hingga kemudian datang satu order yang tak diduga-duga, dari industry pesawat terbang.

Pudak yang telah memiliki sertifikat manajemen mutu sejak tahun 1990-an rupanya menarik minat beberapa produsen pesawat terbang asal Inggris seperti Good Rich yang memang senantiasa mencari mitra-mitra produksi baru untuk memasok komponen ke principal mereka, seperti Boeing dan Airbus. “Mereka datang langsung ke sini. Kami juga tidak tahu mereka tahu kami dari mana, tahunya mereka telepon, janjian dan datang. Ga lama sign contract, “ ujar Zaenal.

Setelah terlebih dulu melihat tempat kerja, sistem kerja, sertifikasi yang dimiliki, baru pihak produsen pesawat terbang itu setuju bekerja sama. Keberhasilan itu bermakna, bahwa Pudak sukses menjadi produsen komponen mesin penembus langit!

Adapun sejumlah komponen pesawat terbang yang dipasoknya antara lain pengungkit sayap atas pesawat terbang.    Komponen-komponen tersebut dipergunakan untuk memproduksi pesawat-pesawat  jenis baru seperti Airbus A-350 dan A-320 Neo, Mitsubishi Regional Jet (MRJ) dan C-series serta Boeing 787 Dreamliner.

“Jujur, kami kadang tidak tahu juga komponennya untuk apa. Di industry ini, prinsipnya ikuti gambar, jangan banyak tanya. Kalau banyak tanya mereka malah curiga, hehehe,” ujar Andreas Wangsanegara, anak ketiga, yang menjabat Direktur PT Pudak Scientific, perusahaan yang menaungi pembuatan komponen pesawat terbang.

Yang pasti, kerja sama dengan produsen pesawat terbang tersebut, Good Rich, yang belakangan diakuisisi oleh United Technologi Company, melejitkan kualitas Pudak ke tingkat yang lebih tinggi.

Produk Pudak Scientific

Produk Pudak Scientific

Pasalnya Good Rich-UTC  menawarkan Pudak untuk membuatkan komponen yang lebih rumit. Namun untuk membuatnya diperlukan sertifikasi yang lebih tinggi. Untuk itu Pudak lantas dibimbing untuk meraih sertifikat AS 9100, sertifikat manajemen mutu khusus untuk produsen komponen pesawat terbang. “ Kami kejar dari 2005, akhirnya dapat tahun 2011. Dengan punya itu kita jadi certified produsen komponen aerospace,”  jelas Zaenal.

Hasilnya pun melonjak pesat. Jika sebelumnya Pudak hanya memproduksi 70 item dengan 30 ribu bagian komponen pesawat terbang, kini mereka mampu menghasilkan 500 item dengan total produksi 60 ribu unit komponen per tahun.

Proses pengerjaan komponen pesawat terbang memang tak main-main ketelitiannya. Saat diajak mengelilingi pabriknya, Zaenal menunjukkan sebuah batang besi panjang yang penuh dengan tulisan  kode angka. “ Untuk komponen pesawat, setiap material bahan baku dicatat kapan datangnya, nomor berapa dari berapa bagian, untuk pembuatan komponen apa, jam berapa dibuatnya, sampai nama pekerja yang memprosesnya pun dicatat detil. Tujuannya supaya kalau ada ‘apa-apa’, maka bisa dilacak kesalahannya sampai ke bahan baku, proses kerja dan pekerjanya,” Zaenal menjelaskan makna dibalik kode-kode tersebut. “Ribet yah? Begitulah memang tingkat kehati-hatiannya. Maklum, ini industry yang akan menelan korban banyak kalau ada kesalahan sedikit pun,” imbuh Zaenal, serius.

Kemajuan Pudak di bidang pembuatan komponen pesawat terbang memang sangat pesat. Meski demikian Pudak yang kini diawaki kurang lebih seribu karyawan itu tegas mengatakan tidak akann meninggalkan industry alat peraga pendidikan. Adapun kini Pudak memproduksi tak kurang dari 3 ribu jenis alat peraga pendidikan dengan 30 ribu komponen dalam setahun.

Dari jumlah itu, alat peraga IPA untuk pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia mencapai 50% dari total alat yang diproduksi. Sementara jenjang SD dan SMP merupakan yang terbesar menyerap produksi Pudak. “ Kalau tidak salah, di Indonesia saat ini ada 125 ribu SD, 75 ribu SMP dan 50 ribu SMA. Jadi wajar kalau SD dan SMP jadi pasar terbesar,” urai Zaenal yang perusahaannya telah meraih berbagai penghargaan seperti Upakarti di tahun 1990, Gold Award di ajang Good Design di tahun 2006 dan lain sebagainya. (Riset : Muhammad Khoirul Umam)

 

Sukses Inovasi Pudak

  1. Konsisten berinovasi dalam segala bidang demi meningkatkan kecepatan produksi
  2. Tak segan merambah bidang baru demi menambah pendapatan
  3. Terus meningkatkan standardisasi produk dan manajemen produksi demi meraih hasil lebih tinggi lagi
  4. Bersedia menerima masukan agar kualitas produk dan manajemen produksinya meningkat pesat
  5. Gigih menjaga kepercayaan klien yang telah diraih

Twitter: @bungiskandar

 

The post Inovasi Menembus ‘Langit’ Ala Pudak Scientific appeared first on SWA.co.id.

Dukungan Telkom Untuk Relawan PON XIX

$
0
0
Ahmad Heryawan (Aher), Gubernur Jawa Barat (kedua dari kanan) dan Dedy Mizwar, Wagub Jawa Barat (kanan)

Nanti malam pukul 19.30 (17/9) akan digelar pembukaan Pekan Olah Raga Nasional (PON) XIX di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Gedebage, Bandung Jawa Barat. Salah... Read More

Viewing all 9220 articles
Browse latest View live