Quantcast
Channel: Entrepreneur Archives - SWA.co.id
Viewing all 9220 articles
Browse latest View live

BCA Dukung Konferensi Endeavor Scale-Up 2.0


Tedi House Ekspansi Hingga ke Amerika

Karena Wanita Punya Daya (SWA Edisi 08/2015)

$
0
0
Karena Wanita Punya Daya (SWA Edisi 08/2015)

Karena Wanita Punya Daya (SWA Edisi 08/2015)

Dengan keistimewaan yang dimilikinya, wanita punya banyak pilihan menjadi sosok hebat sebagai pengusaha, profesional, social entrepreneur, dll.

Kesempatan semakin terbentang luas bagi para wanita untuk berkarya di berbagai panggung kehidupan. Mereka mampu menjadi pemimpin di segala lini. Bagaimana mereka menyiasati setiap kendala yang dihadapi? Siapa sajakah perempuan-perempuan muda hebat pemenang ajang Young Women Future Business Leaders 2015? Semua dikupas habis dan dibahas tuntas hanya di SWA terbaru !

“Semua Panggung untuk Wanita”
Kesempatan semakin terbentang luas – luas sekali – bagi para wanita untuk berkarya di berbagai panggung kehidupan. Dan, meraih apa pun yang mereka impikan…

Simak Sajian SWA lainnya!

“Pendidikan Tinggi, Membangun Keunggulan dengan Spealisasi”
Bisnis pendidikan tinggi berkembang makin pesat. Membangun keunggulan dengan strategi spesialisasi menjadi jurus yang paling banyak diandalkan.

“Helianti Hilman Sukses Berkat Belajar dari Kearifan Petani”
Mantan konsultan pertanian ini akhirnya justru belajar dari kearifan para petani. Ia pun memutar haluan tujuan hidupnya: melestarikan keanekaragaman hayati dan warisan kuliner Indonesia. Kini, ia berhasil mengangkat harkat puluhan ribu petani Indonesia dan mengekspor produknya dengan omset puluhan miliar rupiah per tahun.

“Duo Kakak-Adik Peraup Untung di YouTube”
Diwantara Anugrah Putra bersama adiknya, Gema Cita Andika, mendirikan kanal Tara Arts Movie di YouTube sejak tahun 2010. Materi yang diunggah duo kakak-adik ini mengenai film atau video tutorial. Mereka digaet YouTube dan menerima penghasilan hingga 8 digit dari video yang diunggah di kanalnya itu.

EKONOMI & BISNIS

MANAJEMEN

“Memberdayakan Aren di Lereng Tomohon”
Dia berhasil mengajak petani membudidayakan gula aren dari yang sebelumnya hanya komoditas tersia-siakan. Apa yang dilakukannya sehingga gula aren memiliki nilai ekonomi yang tinggi?

PEMASARAN

“Gempur Pasar dengan Strategi Dual Brand XL-Axis”
Setelah konsolidasi pascamerger dengan Axis rampung, XL tancap gas melancarkan strategi dual brand XL-Axis untuk menggempur pasar. Seperti apa langkahnya?

INVESTASI

“Berhitung Prospek Saham Infrastruktur, Transportasi Laut dan Perikanan”
Saham sektor infrastruktur, transportasi laut dan perikanan menawarkan imbal hasil yang menjanjikan. Sejak tahun lalu, investor sudah mengambil posisi beli dengan mengoleksi saham infrastruktur yang prospektif. Bagaimana prospeknya di tahun 2015?

TEKNOLOGI INFORMASI

“Apricot Forest Bintang Baru di Dunia Kesehatan China”
Meski tergolong amat belia, startup penyedia layanan mobile healthcare ini telah menunjukkan peran signifikannya membantu kerja para dokter di China. Bagaimana caranya dan apa lagi rencananya?

INDONESIA YOUNGSTER INC.

ENTREPRENEUR
Angelinda Fransisca
Daniel Tan

SELF EMPLOYED
Diwantara Anugrah Putra
Gema Cita Andika

NEXT GENERATION
Farizan Firdaus

SIAPA DIA
Yosdian A. Pramono

Baca selengkapnya di SWA Edisi Terbaru!

Anda juga bisa menyimak up date harian seputar isu bisnis Indonesia di www.swa.co.id.

Dapatkan juga Majalah SWA versi Digital di Tablet, iPad dan iPhone Anda melalui
http://swa.co.id/digitalmagazine

Informasi Lengkap:
Berlangganan: http://swa.co.id/subscription/
Iklan: http://swa.co.id/aboutRateCard: http://swa.co.id/ratecard

Website: http://swa.co.id
Facebook: http://facebook.com/swamagazine/
Twitter: http://twitter.com/swamediainc/

Jika anda membutuhkan pembelian Majalah SWA dalam jumlah besar atau berlangganan
kolektif untuk Karyawan dan Mitra berharga anda, segera manfaatkan fasilitas
lebih dan discount menarik yang kami sediakan, silahkan menghubungi :
Putri-Sirkulasi
Email: putri.meutia@swamail.com
Tlp. (021) 3523839 Fax: (021) 3457338, 3853759

The post Karena Wanita Punya Daya (SWA Edisi 08/2015) appeared first on Majalah SWA Online.

Tiga Kartini Bisnis Binaan YDBA Berbagi Cerita Sukses

$
0
0

20150421_113626

Kartini di masa sekarang, makin luas kesempatannya berkiprah mengembangkan kemampuan dan karyanya. Dunia bisnis menjadi pilihan menarik bagi wanita yang ingin terus berkiprah tapi tidak terikat ketat waktu kantor. Wanita dalam bisnis memiliki keunikan dalam pengelolaan bisnisnya. Inilah yang disampaikan tiga Kartini Bisnis Binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), dalam seminar Inspiring Business Women kemarin dalam rangka memperingati Hari Kartini.

Ketiga Kartini Bisnis itu adalah Rosalina (pemilik dan pendiri PT Rekadaya Multi Adiprima), Anny Alkhusniaty (Pemilik bengkel R4 Fam Auto) dan Leony Agus Setiawati (Pemilik CV Azka Syahrani, pengusaha busana muslim). Ketiganya memiliki kesamaan dalam filosofi pengelolaan bisnis yaitu mengedepankan spiritualitas, kejujuran dan kerja keras tentunya.

Di depan 250 peserta yang hadir di Gedung Auditorium Lantai 3 PT Astra International Tbk, ketiganya berbagi inspirasi bagaimana mereka jatuh bangun membangun bisnis. Berbagai lapisan masyarakat mengikuti seminar ini, bukan saja wirausawati, dan ini yang pertama diadakan oleh YDBA, seminar yang focus pada pengusaha UKM wanita.

Rosalina, menceritakan bagaimana dia yang menikah muda tidak berhenti disitu saja, tapi terus mengembangkan diri, walau sudah punya anak, ia tetap meneruskan kuliah hingga sarjana ekonomi dia sandang. Sempat menjadi professional di UNDP-WTO, Lina sapaan akrabnya lalu melihat bahwa berbisnis adalah yang tepat ditengah kondisi harus seimbang mengurus keluarga. “Saya awalnya bisnis trading, kontrakgtor, lalu membuat komponen otomotif,” ujarnya.

Ia tekun membangun bisnis, ketika tahun 1995 awal ia dipercaya membuat dash board mobil Kijang tahun keluaran saat itu. Ia mengerjakannya sendiri dengan tangan. Kini perusahaannya sudah menjadi mitra 12 perusahaan otomotif skala besar, salah satunya Astra Group. Perusahaan ini pioneer penghasil produk insulator assy dush panel dan insulator door trim untuk kendaraan roda empat. Komponen tersebut telah diekspor ke luar negeri yang merupakan original equipment manufacturing.

Anny Alkhusniaty beda lagi. Pemilik bengkel R-4 Fam Auto ini mendirikan usaha awalnya menggandeng partner lain. Dia tidak ikut terlibat dalam bisnis itu. Mulai dari Bimbel, Warung makan hingga produk sampo. Tapi ternyata banyak kecewa, bahkan bisnis jadi sulit. Lalu pada 2005 ia mendirikan Fam Auto, dikelola sendiri, bahkan kini sudah mempekerjakan 35 karyawan dan 12 karyawannya diantaranya sudah mendapat rumah 12 unit bersubsidi darinya. Fam Auto mengedepankan kejujuran dalam pengelolaan bisnis. “Saya tidak mau terima kuitansi yang angkanya di mark up, justru dengan kejujuran, bisnis terus tumbuh bahkan dua kali lipat,” ujarnya yang menyebut 90 persen kliennya korporat besar di Jabodetabek.

Lalu ada Leony Agus Setiawati, pemilik busana muslim bermerek Azka ini, mengatakan ada 600 ibu rumah tangga yang bekerja dengannya dengan sistem kemitraan. Mereka tetap bisa bekerja di rumah mereka, tapi tetap bisa menambah penghasilan keluarga. Mereka membantu menyulam tangan produk baju rancangannya. Wanita lulusan IPB ini, tidak menyangka bisnisnya akan sebesar ini. Sempat jatuh, karena pengelolaan yang salah, ditinggalkan karyawan dan mesin-mesin jahitnya semua dijual, tapi ia tidak putus asa. Ia bangkit lagi, bahkan bisa membuat Azka menjadi brand busana muslim ternama karena memiliki ciri khas memadukan kain-kain nusantara. Merek Azka juga sudah di patenkan di HAKI.

F.X Sri Martono, Ketua Pengurus YDBA, berharap kehadiran ketiga narasumber tersebut dapat menginspirasi para pengusaha untuk terus mengembangkan bisnisnya dan mendorong mereka yang belum mulai untuk berbisnis. “Satu hal lagi, peserta seminar juga bisa mengetahui bahwa wanita juga bisa menjalankan bisnis dengan baik,” ujarnya. (EVA)

The post Tiga Kartini Bisnis Binaan YDBA Berbagi Cerita Sukses appeared first on Majalah SWA Online.

Dedy Rochimat Merintis Vivere Group Sejak Tahun 1984

$
0
0

Memulai sebuah usaha dan menjadikan besar, tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Begitu pula yang dihadapi oleh Dedy Rochimat, pendiri perusahaan dan anak perusahan Vivere Group. Pria kelahiran Pontianak, 22 Maret 1957 ini, lebih dari 30 tahun lalu merintis usaha furniture.

Dedy Rochimat

Ayah dari 3 orang anak yang juga pehobi makan dan nongkrong ini, berhasil mendirikan perusahaan yang sudah besar dan menjadi salah satu perusahaan furniture terbaik di Indonesia. Bagaimana Sarjana Teknik Sipil, Institut Sains dan Teknologi dan Master dari Prasetya Mulya, Bisnis School, Jakartaa  ini membangun usahanya, berikut ini penuturannya kepada Istihanah dari SWA Online.

Bagaimana Anda mengawali bisnis di Vivere Group ini?

Saya memulai bisnis ini di tahun 1984 dengan jumlah pegawai saat itu hanya 10 orang dengan nama PT Gema Graha Sarana Tbk (GGS). Saat itu, kami sudah memulai bisnis di bidang furniture. Kemudian bisnis kami berkembang dan di tahun 1993 kami membangun pabrik di daerah Lippo Cikarang.

Apakah Anda mengalami kendala saat membangun perusahaan ini?

Dalam berbisnis tentu saja ada hambatan-hambatan, kalau berbisnis tanpa kendala nantinya kita tidak akan belajar. Dalam berbisnis kendala adalah ujian yang seluruh pebisnis harus lewati, jika kendala tersebut tidak terlewati maka mereka akan tidak lulus menjadi pebisnis.

Saat saya membangun bisnis ini, kendala yang saya hadapi adalah naiknya harga kurs US$ yang menyebabkan bahan baku naik dan orderan untuk produk kami sedikit. Kedua hal itulah yang sering saya alami selama membangun usaha ini.

Kalau klien pertama Anda siapa?

Klien pertama saya Toyota Astra Motor di tahun 1986. Saat itu saya membuat sebuah pameran tunggal untuk The New Kijang Baru Full Pressbody.

Saat ini, Anda memimpin berapa perusahaan dan apa posisi Anda?

Saat ini saya memimpin empat perusahaan di Vivere Group ini, antara lain menjabat sebagai Presiden Direktur PT Laminatech Kreasi Sarana and PT Vinotindo Grahasarana, Presiden Komisaris PT Virucci Indogriya Sarana, PT Prasetya Gemamulia dan PT Vivere Multi Kreasi.

Apa kunci sukses Anda sampai memiliki perusahaan sebesar Vivere Group ini?

Kunci sukses saya sebagai pengusaha adalah kerja keras, menjadi seorang pengusaha tidak mau bekerja keras, tentu saja usahanya tidak akan bisa berkembang. Kemudian, integritas dalam sebuah perusahaan tentu sangatlah penting, karena tanpa adanya integritas perusahaan tidak akan pernah tumbuh dan berkembang dan yang terakhir adalah fokus. Saya membangun bisnis ini sejak awal adalah furnitur dan sampai saat ini saya masih tetap fokus terhadap bidang ini, walaupun saya juga berinovasi terhadap barang yang lain , tetapi bisnis utama saya tetap yang terbesar di furniture. (EVA)

The post Dedy Rochimat Merintis Vivere Group Sejak Tahun 1984 appeared first on Majalah SWA Online.

UKM sebagai Pelopor Industri Hijau Indonesia

$
0
0

Ekonomi kreatif di Indonesia saat ini sudah memberikan kontribusi yang baik bagi perekonomian makro.  Banyaknya para UKM/IKM yang inovatif menciptakan sebuah produk menjadikan sektor ini semakin terangkat desawa ini. Pembuatan kerajinan tangan dan furnitur menjadi salah satu produk yang berkembang baik. Dan pameran seperti Inacraft plus Crafina  sudah menjadi agenda khusus bagi para pengusaha UKM/IKM untuk memperkenalkan produknya.

http://kabar24.bisnis.com/read/20130411/78/8025/pemberdayaan-ukm-200-perajin-kabgresik-ikuti-pelatihan

http://kabar24.bisnis.com/read/20130411/78/8025/pemberdayaan-ukm-200-perajin-kabgresik-ikuti-pelatihan

 

Selain inovatif menciptakan sebuah produk, para pengusaha UKM/IKM ini juga sangat piawai memanfaatkan limbah dari industri besar menjadi sebuah produk yang layak jual. Saat ini UKM/IKM juga memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan industri hijau ‘Green Industry’ di Indonesia.

“Industri hijau awalnya memang dipelopori oleh UKM/IKM, karena kebanyakan dari UKM/IKM produksinya berbahan dasar dari limbah perusahaan yang saat itu belum mengetahui manfaat dari limbah tersebut. Biasanya para pengusaha UKM/IKM ini memproduksi barang layak pakai, seperti furnitur dan handicraft yang bahan bakunya sangat banyak di Indonesia,” ujar Nina Tursina, Ketua Bidang UKM/IKM, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dalam Seminar Kewirausahaan Berkelanjutan yang digelar Prasetya Mulya Business School.

Nina menambahkan, dengan berkembangnya industri ini, pemerintah harus mendorong bisnis UKM. Sebab bisnis UKM dibangun tidak hanya dengan tenaga dan pikiran, tetapi juga dengan modal yang sampai saat ini para pengusaha UKM/IKM ini masih sering mengalami kendala.

Selain itu, para pengusaha UKM/IKM, tidak hanya memanfaatkan limbah, tetapi juga harus memiliki komponen lain untuk memproduksi usaha, inilah yang membutuhkan peran pemerintah yang maksimal, karena peluang ini sayang untuk dikesampingkan dan kontribusi UKM untuk green industri ini sangatlah baik untuk pemanfaatan semua limbah. (EVA)

The post UKM sebagai Pelopor Industri Hijau Indonesia appeared first on Majalah SWA Online.

Filosofi Bisnis Sepatu 910 Hartono Wijaya

$
0
0

Dengan mengusung tagline “everyone can fly”,  Air Asia mencoba merangkul penumpang dari kalangan menengah dengan menyuguhkan tiket penerbangan dengan harga yang terjangkau. Ide tersebut secara tidak langsung mengubah image bahwa bepergian menggunakan maskapai penerbangan tidak lagi kebutuhan mewah, sehingga kalangan menengah pun kini bisa merasakannya.

rsz_img_20150428_133041rsz_img_20150428_133041IMG_20150428_133041Rupanya filosofi Air Asia ini diterapkan Hartono Wijaya, CEO 910 (NineTen) yang sebelumnya pernah berkiprah di beberapa brand global seperti Nike, Puma, dan Yonex, pada brand barunya yang telah berusia satu tahun tersebut. Sama halnya dengan kebutuhan bepergian menggunakan maskapai penerbangan, olahraga lari pun identik dengan citra high class dimana untuk melengkapi gear running-nya umumnya runner harus merogoh kocek hingga jutaan rupiah, terlebih untuk sepasang sepatunya.

“Untuk sepatu running brand global misalnya, bahkan range harganya itu ada yang di atas jutaan rupiah,” ujarnya. Bicara soal harga, wajar saja apabila sepatu running tersebut mencapai jutaan rupiah. Hal tersebut karena fitur safety yang ditawarkan lengkap, seperti fitur insole gel technology-nya yang meminimalisir terjadinay cedera tumit, outsole yang disesuaikan (bisa tebal ataupun tipis) untuk menahan gesekan kala berada di track tanah yang licin, berbatu, atau berpasir, juga cenderung nyaman apabila digunakan di track road (jalan raya). Selain itu heel counter dan pull tab yang kokoh juga bisa meminimalisir runner dari cedera engkel.

Namun pada brand 910 (NineTen) besutannya, fitur tersebut tetap dipertahankan namun harga yang disuguhkan masih berkisar di Rp 200.000 – Rp 400.000. Alasannya, seperti yang dituturkan Hartono, adalah untuk menjaring sebanyak mungkin pelari – pelari dari kalangan menengah untuk tetap bisa mendapatkan prioritas safety tersebut, namun tetap bisa menjangkau harga yang ditawarkan.

Bagi alumnus La Trobe University Australia ini, margin tidaklah penting. Yang terpenting adalah kuantitas dalam jumlah massal. “Sekarang gini, pilih mana, margin sebesar 200 – 300% tapi yang beli sedikit, atau margin sedikit tapi yang beli banyak,” katanya.

Adapun mengenai kualitas brand yang berada di naungan Wijaya Artha Mandiri Group ini, jika dibanding brand global, agaknya tidak banyak yang berbeda. Sebut saja seperti pada koleksi spring summer 2015 ini, di mana beberapa variannya mengimplementasikan teknologi no sew (tanpa jahitan), maupun knitting (teknik rajut). Kemudian beberapa varian juga mengimplementasikan insole dan outsole technology yang diberi nama Acro+ dengan disesuaikan pada medan yang ingin ditempuh pelari.

“Kalau medannya jalan raya, ya almost barefoot. Namun kalau untuk trail atau medan gunung yang umumnya bertanah ataupun berbatu, ya outsolenya mesti tebal,” kata Hartono.

Hartono sendiri menargetkan di pengujung tahun 2015 ini bisa menjangkau sebanyak mungkin dealer yang tersebar di kota – kota besar di Indonesia. Adapun saat ini, dealer yang digandengnya baru terpusat di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sementara ekspektasi penjualan akhir tahun 2015 ditargetkan sekitar 2 juta pasang.

“Kami sudah siap untuk bersaing dengan merek – merek global saat ini. Apalagi di tahun 2015, akan ada banyak kejutan yang kami berikan baik dari sisi pengembangan teknologi, dan model produk, distribusi penjualan, dan juga cara berkomunikasi kepada masyarakat Indonesia. Dimana begitu mendengar kata lari, yang terbesit adalah sepatu 910 (NineTen),” tutur Hartono.

Ia pun pelan – pelan mulai bangga atas hasil jerih payahnya, di mana di beberapa event lari, mulai dari Car Free Day, Marathon, hingga Trail Gunung, sepatunya mulai digunakan oleh khalayak. “Saya bisa mengenali sepatu 910 (NineTen) tersebut hanya dengan melihat saja. Bangga juga sih, meski dari 10 orang, paling dua sampai tiga di antaranya yang menggunakan sepatu ini,” lanjutnya.

Tak dilewatkan pula, event – event berwarna charity dan sosial pun dilalui Hartono. Sebut saja seperti Pertamina Eco Run yang dihelat oleh Pertamina, dan sebuah kegiatan lari sosial bertajuk  “sweat over sweat” yang digelar oleh International Pharmaceutical Student di Bundaran Hotel Indonesia beberapa waktu silam. (EVA)

 

The post Filosofi Bisnis Sepatu 910 Hartono Wijaya appeared first on Majalah SWA Online.

Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands: Merek-merek Indonesia Termahal 2014 (SWA Edisi 15/2014)

$
0
0
Indonesia's Top 100 Most Valuable Brands: Merek-merek Indonesia Termahal 2014 (SWA Edisi 15/2014)

Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands: Merek-merek Indonesia Termahal 2014 (SWA Edisi 15/2014)

Majalah SWA Edisi 15/2014

Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands
Merek-merek Indonesia Termahal 2014

Merek merupakan intangible asset. Karena itu, mengelolanya bukanlah hal yang mudah dan sepele. Kesediaan menghitung nilai merek dan mempelajari kunci keberhasilan merupakan langkah awal menuju perusahaan kuat dan terpercaya. Apa yang mesti diperhatikan agar merek Anda bernilai mahal? Dan siapa sajakah Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands? Dan, bagaimana pula meningkatkan nilai sebuah merek?

“Valuasi Merek dan Kredibilitas Perusahaan”
Jika ingin menjadi perusahaan kelas dunia, setiap perusahaan wajib memiliki perspektif nilai merek. Kesediaan menghitung nilai merek dan mempelajari kunci keberhasilan merupakan langkah awal menuju perusahaan kuat dan terpercaya.

“Windri W. Dhari: Membidik Pasar Busana Muslim Premium”
Bisnis fashion, kuliner atau teknologi informasi biasanya ditekuni oleh anak-anak muda yang masih kuliah dan fresh graduate yang memiliki gairah kewirausahaan tinggi. Ternyata hal itu tidak berlaku bagi Windri Widiesta Dhari. Ia terjun ke bisnis fashion justru setelah lama berkecimpung di dunia kerja. Bagaimana lika-likunya?

“Passion Menyala-nyala Sang Dekorator Pesta”
Nama Nefi Décor amat disegani di bisnis dekorasi pesta. Rancangannya digemari kalangan sosialita, selebritas, pengusaha dan pejabat. Bagaimana Nefianto Setiono yang lulusan teknik elektro ini menggelindingkan bisnisnya?

EKONOMI & BISNIS

MANAJEMEN

“Strategi Parador Merentangkan Sayapnya”
Di tengah ketatnya persaingan bisnis manajemen hotel, Parador berani melakukan penetrasi secara agresif. Dua tahun berjalan, ia sudah mengantongi kontrak pengelolaan 28 hotel. Apa strateginya?

INVESTASI

“Resto, Pilihan Investasi Baim Wong untuk Sumber Pendapatan Masa Depan”
Dengan alasan paham risikonya, Baim Wong mengalokasikan sebagian besar asetnya di bisnis resto/kafe yang ia geluti saat ini untuk menggali sumber pendapatan jangka panjang. Profesinya sebagai artis, mengharuskan dia untuk pintar berinvestasi dan mengelola keuangannya agar sumber pendapatannya di masa depan terjamin.

TEKNOLOGI INFORMASI

“Agar Pamor Garuda Lebih Mengangkasa”
Agar bisa naik kelas dan tergabung dalam aliansi global demi target besar menjadi maskapai kelas dunia, Garuda Indonesia melakukan pergantian sistem layanan penumpang (Passenger Service System). Seperti apa proses migrasi sistemnya dan bagaimana hasilnya?

ENTREPRENEURSHIP

SOSOK

“Seniman yang Nekat Jadi Juragan Nasi Liwet”
Meski ditentang keluarga, Asep Haelusna nekat mewujudkan ambisi membuka rumah makan di lokasi terpencil yang diidam-idamkannya sejak masa kuliah di jurusan seni rupa. Kini, rumah makan yang mengusung sajian khas nasi liwet itu menuai sukses besar. Enam cabang restoran yang masing-masing berdiri di lahan seluas minimum 2 ha menjadi saksinya.

INDONESIA YOUNGSTER INC.

NEXT GENERATION
Nine & Ditta Wahab

ENTREPRENEUR
Agtya Priyadi

SELF EMPLOYED
Gary Sangitan

SIAPA DIA
Agus Mulyadi Haryono
Anggiaswari Odang


Read more  on Google+

Read more on Facebook


SWA Magazine Subscription [http://swa.co.id/subscription]
SWA Digital Magazine Subscription and Download [http://swa.co.id/digitalmagazine]
SWA Mobile Apps Download [http://swa.co.id/mobile]
SWA Magazine Outlet [http://swa.co.id/outlet]

The post Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands: Merek-merek Indonesia Termahal 2014 (SWA Edisi 15/2014) appeared first on Majalah SWA Online.


Jadi Sociopreneur, Wisnu Gardjito Bertekad Wujudkan Bio Era

$
0
0

PT HQ Corpora Putra merupakan holding company yang menyatukan entitas bisnis dalam bentuk BUMM (Badan Usaha Milik Masyarakat). Nantinya, perusahaan ini akan memberlakukan kepemilikan saham untuk umum, termasuk para petani yang tergabung dalam kelompok tani.

Saham para pendiri nantinya akan menjadi minoritas, sehingga sifatnya adalah nonkapitalistik. Strategi bisnisnya menyasar 5 sektor yakni sektor agro business (pertanian, perkebunan, dan peternakan), sektor fishery (perikanan), sektor agro forestry (perhutanan dan hasil hutan ikutan), sektor agro industry (yang akan mengelola seluruh bahan baku menjadi produk bernilai tambah tinggi), sektor agro tourism (turisme berbasis agro).

Untuk itu, setiap sektor akan memiliki SBU operator dan eksekutornya. Misal untuk kelapa, ada PT KKI (Kedaulatan Kelapa Indonesia), untuk beras akan didirikan PT BEJO (Beras Rejo) Lestari. Sedangkan saat ini untuk jati dieksekusi oleh Divisi Kehutanan dengan jati platinum, pupuk organik, dan teknologi hasil hutannya.

Semua SBU tersebut bermitra dengan komunitas masyarakat yang menjadi mitra usahanya. Misal untuk kelapa yang dikomandani oleh Ir. Wisnu Gardjito, MBA mitra usaha PT KKI adalah CV Sumber Rejeki (UDSR) bersama mitranya di seluruh pelosok nusantara. Lantas bagaimana semangat Wisnu dalam memberdayakan aktivitasnya sebagai sociopreneur? Berikut penuturannya secara khusus kepada Gustyanita Pratiwi dari SWA Online:

Wisnu Gardjito, Photo by : Gustyanita Pratiwi

Wisnu Gardjito, Photo by : Gustyanita Pratiwi

Seperti apa awal mula usaha yang Anda dirikan ini?

Pertama kali dulu namanya Sumber Rejeki. Ini dulu bikin kecap kelapa. Kemudian lahirlah The Improvement Institut. Itu tugasnya memecahkan masalah, riset, konsultasi, segala macam. Sehingga timbullah CV Sumber Rejeki. Setelah lahir itu, produknya bukan kecap lagi, tapi jadi Agro Spesialis and Agri Trading. Jadi dari hulu ke hilir, dari produksi sampai pemasaran. Ini didukung oleh SDM, finance, juga pemasaran. Jadi kami akhirnya membuat unit-unit usaha UKM. Kalau UKM ini basisnya home industry. Nah ini saya buat di mana-mana, di seluruh Indonesia, membentuk kluster, ekspor, dan agro industry yang biasa kami singkat AEC. Nah, AEC ini, karena kluster, kami buat Badan Usaha Milik Masyarakat yang kami sebut dengan AEC Corporation. Nah ini ada di mana-mana. Kalau yang di Sulawesi Selatan, itu ada PT Panrita Kaluku Celebes, di Halmahera ada PT Halmahera Corporation. Ini membentuk suatu Indonesian incorporated, yang artinya Indonesia bersatu.

PT-nya namanya PT HQ Corpora Putra. Saya komisaris di sini. Dari sini, saya juga bikin sekolah-sekolah. PT HQ ini didukung oleh forum kedaulatan pangan. Ini isinya alumni-alumni IPB. Saya ada di sini sebagai koordinator pengembangan usaha. Sehingga Sumber Rejeki itu punya anak segini banyaknya, tiap kabupaten ada. ini adalah bisnis masyarakat. Anda punya saham di sini bisa, Rp100 ribu per lembar.<

Sekolah-sekolah seperti apa yang dibentuk di situ?

Kalau mau lihat lokasinya ada di Depok. Nah, finansialnya, ini macam-macam. Tapi kami kebanyakan lembaga keuangan nonbank. Ini basisnya equity. Modal sendiri, tidak pernah ngutang. Darimana dapatnya? Ya tadi, mengumpulkan dana dari orang se-Indonesia kemudian ditaruh di sini. Dananya dari unit-unit produksi ini. ini menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Tugas dan wewenang Anda di situ?

Saya presidennya di sini. Saya berhubungan dengan pemerintah, perbankan, pasar, segala macam. Nah makanya ini adalah studio usaha unit industri. Isinya mahasiswa. Supaya mahasiswa tidak teori saja, jadi dia bisa masuk ke dalam dunia usaha sedini mungkin. Bukan setelah lulus baru belajar jadi wirausaha.

Salah satu produk yang dibikin unit usaha tersebut adalah hasil perkebunan? Sudah ada berapa item yang diproduksi?

Kami sudah bisa bikin 250 item. Kalau dari kelapa, yang ada di kepala saya sudah ada 1600 item. Mulai dari energi, makanan, minuman, kosmetik, kesehatan, dsb. Kelapa ini, Indonesia 3,8 juta ha, terluas di dunia. Nomor 2 Filipina, 3,1 ha. Terus India 1,1 juta ha. Sayangnya Indonesia tidak berkembang. Karena kelapa itu dianggap komoditas yang tidak ada nilainya. Padahal, dari 3,8 juta ha itu bisa menghasilkan Rp4.000 triliun setahun. Kalau ini dikembangkan secara nonkapitalistik, tapi usaha bersama dimana rakyat dimodali, dicarikan akses teknologi, pasar, itu dalam waktu 2 tahun ini bisa membiayai RI, kalau perlu malah beli. Karena APBN Rp 1.300 triliun, sementara dari kelapa Rp 4.000 triliun. Coklat, itu kurang lebih Rp 2.000 triliun. Terus kopi, karet, mede, sampai ada 25 komoditas unggulan Indonesia. Itu akan menghasilkan kurang lebih Rp 25 ribu triliun setahun. Jadi ngapain kita sibuk-sibuk bikin yang nggak-nggak. Ini saja dulu yang sudah ada.

Sebesar itukah potensinya?

Jadi Rp 25 ribu triliun itu kayak apa sejetahteranya bangsa kita. Nah ini yang menjadi kesedihan saya sehingga saya keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Waktu itu saya sebagai nasional manager di UNIDO (United Nation Industrial Development Organization).

Akhirnya saya mendirikan usaha ini tahun 2007. Itu susah banget. Pelan-pelan sampai akhirnya bulan ke-3 omzet saya Rp 100 juta sebulan. Kalau saya dan istri berdua saja, Rp 100 juta sebulan, kalau ini bisa se-Indonesia kayak apa? Kayak apa sarjana IPB, Gajah Mada, Brawijaya, Unpad, dsb bersatu padu. Pemerintah melepas ini sih. Sayang. Harusnya pemerintah mengambil, memanggil, merekrut, membina, dan menjadikan kami-kami ini kayak TKW-nya Indonesia. Ini kan kalau dijual ke dunia menang.

Makanya saya bilang, prospek for bio era. Sekarang bukan IT lagi. Tapi era bio itu, dimana orang-orang ingin go back to nature. Karena hutan Indonesia nggak pernah dipupuk, nggak pernah kena pestisida, nggak pernah kena traktor, ya itu kesempatan. Harusnya diambil. Jangan nanti China, Jerman, atau semuanya masuk, kita sekali lagi jadi penonton lagi.

Di luar kita jadi penonton, di dalam kita jadi penonton. Ini lucu. Ini stupid. Hanya income generator yang diurus. Revenue itu rumusnya harga x quantity. Kuantitas kelapa kita 3,8 juta. Sekarang price-nya berapa? Kalau Indonesia sekarang cuma oper harga 4000 perak, apa artinya? 1 butir kelapa berarti cuma Rp 500. Di tangan saya, 1 butir bisa jadi Rp 50 ribu. Itu revolusi pendapatan. Sekarang sistemnya amburadul, revolusi malah ngawur.

Memang Anda tergerak untuk menjadi sociopreneur sejak awal?

Saya bukan menguasai sendiri. Memang yang mendirikan saya. Tapi bukan berarti saya mayoritas. Mayoritas rakyat. Kalau Indonesia sistemnya usaha bersama, gotong royong, tidak ada negara yang mampu melawan kita. Ini surga dunia. Jadi dari 25 komoditas itu bisa dapat Rp 25 ribu triliun. Itu luar biasa. Jadi intinya dari agro industry, itu bisa menghasilkan angka segitu, tapi syaratnya hulunya didandanin. Kelapa jangan diganti sawit, biar rakyat yang punya. Kemudian ada teknologi proses, support dari teknologi, SDM yang canggih, finansial, pemasaran. Nah, di sini baru kuasai pasar. (EVA)

The post Jadi Sociopreneur, Wisnu Gardjito Bertekad Wujudkan Bio Era appeared first on Majalah SWA Online.

Semarak Young Business Movement 2014

$
0
0

Indonesia ialah raksasa yang tengah bersolek. Ditunjang oleh tingginya pertumbuhan kelas menengah dan besarnya pasar, negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia ini diprediksi akan bertengger ke posisi ke-7 – melampaui Jerman dan Inggris – pada tahun 2030. Momentum itu bersamaan dengan dekade yang paling ditunggu – bonus demografi. Suatu momentum ketika penduduk usia produktif jauh lebih banyak daripada penduduk yang tidak produktif. Namun, momentum tersebut dibayang-bayangi oleh “jebakan kelas menegah” jika tidak didukung oleh kebijakan publik yang tepat dan fondasi kewirausahaan yang kokoh.

Arena Young Business Movement 2014 tampak dari pintu masuk

Arena Young Business Movement 2014 tampak dari pintu masuk

Generasi muda ialah tulang punggung yang dapat diandalkan untuk membangun kewirausahaan di negeri ini. Sebuah generasi yang diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja ketimbang pencari kerja. Sebuah generasi yang berpotensi besar dalam pembangunan kewirausahaan dengan sifat identiknya – dinamis, kreatif dan inovatif.

Geliat bisnis anak muda dalam satu dekade terakhir cukup menggembirakan. Selain didukung oleh semakin tingginya animo mereka untuk membangun bisnis sendiri, banyak program kewirausahaan yang mendukungnya. Baik yang diadakan oleh pemerintah, organisasi nirlaba, swasta dan perguruan tinggi. Oleh karena itu; beragam bisnis anak muda yang fokus di ceruk fesyen, teknologi informasi dan digital, makanan dan minuman, dan berbagai sektor jasa maupun industri kreatif semakin mudah dijumpai.

Majalah SWA telah memiliki rubrik khusus Indonesia Youngster Inc. sejak beberapa tahun terakhir. Sebuah rubrik yang mengulas geliat bisnis anak muda Indonesia dengan lima kategori: Start-Up, Self-Employed, Next Generation, Professional dan Entrepreneur. Rubrik yang dirancang khusus untuk turut mendorong semangat kewirausahaan di Indonesia, khususnya generasi muda.

Berangkat dari semangat itu, SWA menyelenggarakan event bertajuk “Young Business Movement” untuk mewadahi kreativitas, inovasi, dan passion bisnis anak muda. Mereka diharapkan dapat bertemu, berbagi dan berjejaring dengan sesama pebisnis muda lainnya. Mereka dapat berbagi motivasi dan inspirasi bagi sesama anak muda yang ingin merintis bisnis. Rincian tenant yang meramaikan Young Business Movement dapat dilihat di sini.

Rendang Rawit, salah satu tenant kategori kuliner dalam Young Business Movement

Rendang Rawit, salah satu tenant kategori kuliner dalam Young Business Movement

Carnival, salah satu tenant kategori fesyen dalam Young Business Movement

Carnival, salah satu tenant kategori fesyen dalam Young Business Movement

Kelasi, salah satu tenant yang menyedot perhatian pengunjung Young Business Movement

Kelasi, salah satu tenant yang menyedot perhatian pengunjung Young Business Movement

Pengunjung terlihat bercengkrama dengan pemilik bisnis/penjaga tenant dalam Young Business Movement

Pengunjung terlihat bercengkrama dengan pemilik bisnis/penjaga tenant dalam Young Business Movement

Salah satu tenant yang mengandalkan produk industri kreatif dalam Young Business Movement

Salah satu tenant yang mengandalkan produk industri kreatif dalam Young Business Movement

Salah satu produk yang paling dicari pengunjung Young Business Movement: Sepatu

Salah satu produk yang paling dicari pengunjung Young Business Movement: Sepatu

Young Business Movement 2014 menampilkan tiga dari lima kategori bisnis anak muda dalam rubrik Indonesia Youngster Inc. Pertama, Start-Up yang usia bisnisnya di bawah lima tahun. Kedua, Self-Employed yaitu mereka yang menjual jasa keterampilannya seperti fotografer, desainer dan profesi “freelance’ lainnya. Ketiga, Entrepreneur yang usia bisnisnya lebih dari lima tahun.

Program Acara

Kegiatan yang diselenggarakan pada 20-22 Juni 2014 di Level 5 West Mall Grand Indonesia Shopping Town Jakarta ini ni tidak sekedar menampilkan pameran bisnis anak muda. Akan tetapi juga menyuguhkan talkshow, music performance dan ajang penghargaan. Di hari pertama digelar, pengunjung begitu antusias mengikuti lomba foto instagram dengan tanda pagar #YoungBusinessMovement, #YoungsterInc2014, dan #YoungCreative. Lokakarya melukis Live yang didukung oleh MIKA Illustration, talkshow dengan Anajidan Helmet, ajang penghargaan Indonesia Youngster Inc. dan hiburan dari MicoWave menyempurnakan semarak hari itu.

Salah satu Workshop yang meramaikan Young Business Movement

Salah satu Workshop yang meramaikan Young Business Movement

Di hari kedua – bertepatan dengan HUT Kota Jakarta ke-487 –, Young Business Movement diisi oleh beragam program menarik. Pertama, talkshow dengan tema “Social Media in Business” dengan pendiri Infojakarta.net. Kedua, Pick Me Up dengan penyayi bertalenta Raisa yang juga menjadi salah satu tenant. Ketiga, pengunjung Level 5 West Mall Grand Indonesia diramaikan oleh penampilan 7Deer Band. Keempat, talkshow dengan Fajar dan Yogi yang merupakan Music Composer dari The Raid. Kelima, penampilan apik dari IBAR.

Pemenang CLEO Fashion Award yang juga Co-Founder SATCAS Adianti dan Danya mengisi salah satu sesi di hari terakhir Young Business Movement

Pemenang CLEO Fashion Award yang juga Co-Founder SATCAS Adianti dan Danya mengisi salah satu sesi di hari terakhir Young Business Movement

Di hari terakhir, beragam program yang diusung Young Business Movement semakin memanjakan muda-mudi Jakarta yang memiliki passion berbisnis. Di hari ketiga ini diawali oleh sebuah workshop ilustrasi untuk anak-anak dengan MIKA Illustration. Talkshow dengan alumni Cleo Fashion Award yang juga sekaligus pendiri SATCAS: Adianti Reksoprodjo dan Danya Danica Purba menjadi salah satu sesi yang paling dipenuhi penjunjung di hari terakhir. Program acara selanjutnya berturut-turut ialah hiburan dari Trax FM, Spikysmooth oleh Adila Dimitri, serta penampilan musik dari MERAH Band dan DJ IBAR.

Salah satu Crowd yang terlihat dalam Young Business Movement

Salah satu Crowd yang terlihat dalam Young Business Movement

Penghargaan

Terdapat 4 (empat) kategori penghargaan Indonesia Youngster Inc. yang sesi pemberian penghargaannya berlangsung di hari pertama Young Business Movement: Indonesia Youngster Inc. Startup Champion, Indonesia Youngster Inc. Self-Employed Champion, Indonesia Youngster Inc. Entrepreneur Champion dan Indonesia Youngster Inc. Student Entrepreneur Champion.

Nominasi penerima penghargaan kategori pertama sampai ketiga diambil dari para profil pebisnis muda dalam rubrik Indonesia Youngster Inc. yang telah dimuat di Majalah SWA antara tahun 2012 dan 2014. Mereka dinilai oleh Sidang Redaksi Majalah SWA dengan beberapa kriteria: prospek, keunikan produk/jasa, keunikan strategi dan kinerja.

Top 10 Indonesia Youngster Inc. Startup Champion: 1) Tiket.com, 2) Klinik Asuransi Sampah, 3) Bluesville, 4) Tinker Games, 5) 3G Coffee, 6) Fokado.com, 7) Cravar dan Bronn, 8) Meetdoctor.com, 9) HijUp.com, dan 10) Badr Interactive.

Para pemenang Indonesia Youngster Inc. Startup Champion 2014 berfoto bersama dengan Zetta Saraswati (Wakil Pemimpin Usaha SWA)

Para pemenang Indonesia Youngster Inc. Startup Champion 2014 berfoto bersama dengan Zetta Saraswati (Wakil Pemimpin Usaha SWA)

Top 10 Indonesia Youngster Inc. Self-Employed Champion ialah sebagai berikut: 1) Ketut Sulistyawati, 2) Selphie Bong, 3) Didit Hediprasetyo, 4) Peggy Hartanto, 5) Castella Natalia, 6) Liliany Fellicia, 7) Prita Hapsari Ghozie, 8) Bayu Sulistyo Subyantoro, 9) Ivan Prabowo & Fernando Sindu, dan 10) Lizzie Parra.

Para pemenang Indonesia Youngster Inc. Self-Employed Champion 2014 berfoto bersama dengan Wakil Pemimpin Usaha SWA Zetta Saraswati

Para pemenang Indonesia Youngster Inc. Self-Employed Champion 2014 berfoto bersama dengan Wakil Pemimpin Usaha SWA Zetta Saraswati

Top 10 Indonesia Youngster Inc. Entrepreneur Champion ialah: 1) Ikin Wirawan, 2) Theodosius Surya Adhitama & Jozef Stephanus Aditamaputra, 3) Dien Wong, 4) Chrystina Theosa, 5) Ahmad Rofiq, 6) Agit Bambang Suswanto, 7) Fajar Handika Prabandani, 8) I Putu Ngurah Sudarma, 9) Hendry Sasmitapura, dan 10) Andi Taufan Garuda Putra.

Dua orang pemenang Indonesia Youngster Inc. Entrepreneur Champion 2014 berfoto bersama dengan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi SWA Kemal Effendi Gani

Dua orang pemenang Indonesia Youngster Inc. Entrepreneur Champion 2014 berfoto bersama dengan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi SWA Kemal Effendi Gani

Kategori keempat merupakan sebuah program kolaborasi antara majalah SWA dan Entrepreneurs’ Organization Indonesia untuk mendorong para mahasiswa memulai bisnis sejak dini. Indonesia Youngster Inc. Student Entrepreneur Championship berhasil menjaring 97 entitas bisnis dari berbagai perguruan tinggi di tanah air yang dibesut oleh para mahasiswa, baik secara sendirian maupun kelompok. Dalam konteks ini, bisnis mereka sudah berjalan dengan omset tertentu dan bukan sekedar proposal bisnis. Dari jumlah tersebut, dipilih 10 finalis untuk mengikuti panel penjurian pada 9 Juni 2014 yang berlangsung di London School of Public Relations (LSPR) Jakarta. Pemenang pertama kompetisi ini berhak menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam ajang Global Student Entrepreneur Awards (GSEA) tingkat Asia Pasifik. Jika ia berhasil menjadi juara di tingkat tersebut, maka ia berhak maju di GSEA tingkat dunia di Washington DC, Amerika Serikat. Berikut ialah urutan Top 10 Indonesia Youngster Inc. Student Entrepreneur Championship 2014:

Para pemenang Indonesia Youngster Inc. Student Entrepreneur Championship 2014 berfoto bersama dengan Yudha Kartohadiprodjo (Entrepreneurs' Organization Indonesia) dan Kemal Effendi Gani (Majalah SWA)

Para pemenang Indonesia Youngster Inc. Student Entrepreneur Championship 2014 berfoto bersama dengan Yudha Kartohadiprodjo (Entrepreneurs’ Organization Indonesia) dan Kemal Effendi Gani (Majalah SWA)

  1. Anajidan Helmet, STEI Tazkia, Bogor
  2. Evindo, Universitas Sumatera Utara, Medan
  3. Miko Agens, Universitas Brawijaya, Malang
  4. Barberbox, Prasetiya Mulya Business School, Tangerang Selatan
  5. Duvera, Institut Teknologi Bandung, Bandung
  6. Mandiri Pro, Universitas Negeri Makassar, Makassar
  7. Cueva, Institut Teknologi Bandung, Bandung
  8. Cokelat Seru, Institut Pertanian Bogor, Bogor
  9. TGIF, Universitas Padjajaran, Bandung
  10. Woodka, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Young Business Movement didukung oleh Grand Indonesia Shopping Town, Telkomsel, HTC, dan Sinarmasland. Beberapa media partner yang turut menyukseskan acara ini antara lain Kaskus, Sindo Trijaya FM, Global Radio, Majalah Femina, Majalah Cleo Indonesia, I Radio FM, Trax FM, Infojakarta.net, Gen FM, Antaranews.com, Pas FM, Smart FM, Mustang FM, Malesbanget.com, MS TRI FM, Kampusupdate.com, Acara Jakarta, Ciputranews.com dan Jak FM.

Panggung utama Young Business Movement 2014

Panggung Young Business Movement 2014: tampak logo sejumlah media partner dan sponsor terpasang di bagian kanan

 

 

The post Semarak Young Business Movement 2014 appeared first on Majalah SWA Online.

TOP 250: INDONESIA ORIGINAL BRANDS 2014 (SWA Edisi 16/2014)

$
0
0
TOP 250: INDONESIA ORIGINAL BRANDS 2014 (SWA Edisi 16/2014)

TOP 250: INDONESIA ORIGINAL BRANDS 2014 (SWA Edisi 16/2014)

Majalah SWA Edisi 16/2014

TOP 250
INDONESIA ORIGINAL BRANDS 2014

Siapa bilang merek lokal tak tangguh di kandang sendiri dan tak mampu bersaing dengan merek asing? Survei Indonesia Original Brands 2014 membuktikan cukup banyak merek asli Indonesia yang hebat dan eksis hingga ratusan tahun. Tak sedikit merek asli Indonesia yang sukses dipasarkan di sejumlah negara. Desain dan kualitas produk lokal juga mampu memincut para selebritas, pesohor dan anak-anak muda pencinta fashion. Siapa saja yang masuk Top 250 Indonesia Original Brands 2014? Siapa anggota Indonesia Living Legend Brand? Siapa pula merek-merek local/ daerah pilihan konsumen?

“Kebangkitan Merek Asli Indonesia”
Jika selama ini merek asli Indonesia sekadar eksis, tiba waktunya unjuk eksistensinya. Kita memiliki modal pasar besar dan sumber daya manusia tak terhingga, sehingga hanya dibutuhkan keberanian, keyakinan, dan kesabaran untuk terus mendukung merek asli Indonesia.

“Pertaruhan BlackBerry untuk Bangkit dari Keterpurukan”
Penjualannya cenderung terus menurun, tetapi berdasarkan riset Nielsen penggunaan BlackBerry ataupun BlackBerry Messenger di Indonesia masih mendominasi. Bagaimana BlackBerry menjaga momentum agar bisa bangkit di tengah persaingan sengit?

“Djonny Taslim, “Anak Medan” Raja Kantong Plastik”
Sebelum menjadi raja kantong plastik, Djonny Taslim harus menempuh jalan yang berliku. Namun, ketajamannya dalam melihat peluang bisnis mengantarkannya menjadi pengusaha kantong plastik yang sukses. Apa kiat bisnisnya?

“Kevin Pudjiadi Mantap Besarkan Bisnis Properti”
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Tampaknya peribahasa itu cocok menggambarkan sosok Kevin Pudjiadi, generasi ketiga pemilik perusahaan properti Grup Pudjiadi.

TREN BISNIS

“Dari Surabaya, Igor’s Pastry Menjajal Jakarta”
Mau menikmati chicken mushroom puff, apple streusel, banana jamaica, cheese twist, roulade beef and cheese, chicken mushroom ball, four grains, cheese stick, nori and sesame puff, cheese coux, crispy sago and cheese, crispy orange, chocolate truffle, roll rice cake dan spikuk hunkwee dengan citarasa hotel bintang lima nan sehat karena bebas gula, gluten dan kasein, serta tanpa bahan pengawet, rendah lemak, rendah karbohidrat dan tinggi serat? Cobalah ke Igor’s Pastry di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

EKONOMI & BISNIS

INTERNASIONAL

“Sang Peniup Klarinet dan Gelombang Ketiga Bisnis Perkopian”
Tak kelewat sukses sebagai pemusik klasik, James Freeman menerapkan prinsip berkeseniannya di bisnis kedai kopi. Inilah kisah sukses Blue Bottle Coffee menembus dominasi Starbucks, memicu gelombang ketiga bisnis perkopian.

TEKNOLOGI INFORMASI

“Sistem Ticketing Oke, Bisnis KAI pun Melaju”
Untuk memperbaiki layanan penumpang, PT Kereta Api Indonesia menerapkan sistem pemesanan tiket baru, yang disebut Realtime Ticketing System. Dengan dana kurang memadai, bagaimana KAI mengembangkannya? Bagaimana pula hasilnya?

INDONESIA YOUNGSTER INC.

NEXT GENERATION
Kevin Pudjiadi

ENTREPRENEUR
Rina Thang & Roki Djajadibrata

SELF EMPLOYED
Dini Haryanto

SIAPA DIA
Bobby Kusnandar
Belinda Gunadi


Read more on Google+

Read more on Facebook


SWA Magazine Subscription [http://swa.co.id/subscription]
SWA Digital Magazine Subscription and Download [http://swa.co.id/digitalmagazine]
SWA Mobile Apps Download [http://swa.co.id/mobile]
SWA Magazine Outlet [http://swa.co.id/outlet]

The post TOP 250: INDONESIA ORIGINAL BRANDS 2014 (SWA Edisi 16/2014) appeared first on Majalah SWA Online.

Barberbox Meraup Fulus dari Rambut

$
0
0

Di dunia bisnis, selalu ada tempat bagi mereka yang kreatif. Tak terkecuali di segmen pasar yang kata kebanyakan orang sudah jenuh, seperti di bisnis pangkas rambut. Tengohlah apa yang dilakukan Triputra Salman Salim (23 tahun) dan Muhammad Emyranza (21 tahun), yang sejak Desember 2012 mengibarkan pusat pangkas rambut pria muda, Barberbox. Dengan mengusung konsep When a Man Turns Into Gentleman, mereka menjual kenyamanan dan kelas tersendiri di bilangan Senopati dan Kelapa Gading, Jakarta.

Barberbox

“Tertarik bisnis ini karena saya sendiri suka ganti-ganti model rambut, jadi ini soul saya,” ujar Emyranza. Sebelumnya dia merasa sulit menemukan pangkas rambut yang bisa memberikan solusi yang dia inginkan. “Keunikan kami, memberikan solusi ke konsumen. Kami memberikan model rambut yang sesuai bentuk wajah konsumen, bentuk kepala, tekstur rambut, elastisitas rambutnya, ini berbeda-beda. Ini kami kembangkan sendiri,” papar pria yang masih duduk di bangku kuliah ini.

Emyr menjelaskan, dia dan mitranya mendirikan bisnis ini dengan modal terbatas, sekitar Rp 80 juta. Awalnya dia justru ingin membuka gerai di dalam kontainer, tetapi urung karena keterbatasan modal. Dari sana pula muncul konsep barberbox: barber di dalam box. “Saya ingin mengubah era barbershop. Jadi, dulu barbershop sekarang barberbox. Nama itu kami pakai, tapi kami buka di toko karena keterbatasan modal,” ujar Emyr.

Untuk menyukseskan bisnisnya, dia berusaha membuat terobosan promosi yang berbeda agar calon konsumen penasaran. Contohnya, kalau ada wanita yang mau potong rambut, digratiskan. Soalnya ini memang pangkas rambut pria. Lalu, aktif menyebarkan informasi melalui media sosial. “Pertama kami buka, hanya bermodal media sosial. Kami undang teman-teman dari Path dan Instagram,” kata Emyr. Selain itu, pihaknya berani menjamin kualitasnya bagus sehingga tidak ada konsumen keluar dari gerai dengan wajah kecewa. “Misalnya ada konsumen yang wajahnya kecewa, langsung saya kasih diskon. Tapi kami tidak bersaing di segi harga, kami bersaing di segi nilai,” ujar Emyr seraya menjelaskan, figur publik seperti Diego Michel, Irfan Bachdim (sebelum pergi ke Jepang), Ariel Noah, dan sejumlah pemain bola pernah potong rambut di tempatnya.

Yang pasti, setiap kali potong, konsumen Barberbox dikenai tarif Rp 65 ribu. “Ini paket potong rambut, cuci rambut, pijat, konsultasi dan dapat minum,” katanya. Sekarang kinerja gerainya terbilang lumayan, omset per hari sekitar Rp 4 juta/gerai dan per bulan sekitar Rp 130 juta. Jumlah pelanggan rata-rata pada weekdays 45-50 orang dan weekend minimum 60 orang.

Barberbox-YoungSWA

Emyr mengakui, tantangan terbesar di bisnisnya, soal SDM dan menjaga kualitas. Dia tak ingin agresif ekspansi tahun ini karena kesibukan kuliah. Tahun ini rencananya akan membuka lima gerai dulu di Jabodetabek dan baru tahun depan akan ekspansi ke seluruh Indonesia. “Tawaran franchise setiap hari selalu ada, tetapi kami belum. Ingin fokus membangun kualitas dan sistem, seperti improvisasi teknologi,” katanya. Pihaknya juga sedang mengembangkan sistem membership dan merintis kerja sama dengan para pengelola kafé. Dengan kreativitas dua pendirinya, bukan tak mungkin Barberbox yang menyasar anak muda (15-25 tahun) akan menyalip kiprah salon-salon ternama yang lebih dulu hadir. (***)

The post Barberbox Meraup Fulus dari Rambut appeared first on Majalah SWA Online.

Brodo: Bisnis Sepatu dengan Modal Rp7 juta

$
0
0

Dua anak muda tamatan ITB, Muhammad Yukka Harlanda dan Putera Dwi Karunia menjajal bisnis sepatu dengan merek Brodo pada 2010, dan sukses besar. Semula, mereka hanya melayani penjualan secara online, kemudian berkembang dengan mendirikan toko sepatu sendiri. Pertumbuhan bisnisnya setiap tahun mencapai 400% selama periode 2010 – 2013. Apa rahasia sukses bisnisnya? Muhammad Yukka Harlanda memaparkannya kepada Dadi A. Salim:

M.Yukka

M.Yukka Harlanda

Motivasi untuk memulai bisnis ini dari mana?

Awal kami membuat footwear itu sebenarnya dari saya dan teman saya namanya Putra. Kami awalnya memang teman akrab dan sepakat untuk bikin bisnis, Cuma tidak tahu bisnisnya apa. Di masa pencarian ide ini kebetulan saya lagi tugas akhir dan perlu pake sepatu formal. Ketika saya cari untuk sepatu ukuran saya yang 46 itu tidak ada, sekalinya ada mahal dan modelnya tidak bagus. Jadi saya ajak teman saya untuk bikin sepatu. Awalnya saya banyak baca buku sama belajar di Youtube untuk mulai usaha ini.

Bagaimana awal menjalankan bisnis footwear ini?

Untuk modal awal saya masih inget dulu sekitar Rp7 juta. Jadi Rp3,5 juta dari Putra dan setengahnya lagi dari saya. Tapi sepanjang perjalanan sih ada minjem ke teman, orang tua, dan sempat juga meminjam ke bank.

Waktu dulu tahap awal sih karena kami masih mahasiswa dan memang dananya tidak ada, jadi kami menyewa tenaga kerja paruh waktu dan itu juga teman-teman kami sendiri di kampus. Selanjutnya ke sini sih sudah ada yang full time, dan sekarang tinggal bagaimana mengurus recruitment training yang benar. Jadi kami juga masih belajar, yang penting karyawan itu dilihat apakah sesuai tidak dengan perusahaan ini dan karakternya bagaimana?

Untuk sekarang menjalankan bisnis ini masih berdua. Kami bagi tim kayak tim sepak bola, offense sama defend. Yang jadi defend-nya teman saya Putra di Bandung, semua produksi, warehouse, pengiriman, dan customer service. Kalau untuk offense-nya saya, untuk mengurus website dan marketing.

Brodo-Yuka2

Target pasarnya siapa saja?

Target pasar kami anak muda umur 19 sampai 35 tahun. Soalnya semua marketing-nya fokus di digital, jadi umur segitu itu umur yang fasih banget sama internet. Tapi ke depan akan ada banyak pengembangan dan mengikuti tren juga. Cuma untuk saat ini masih fokus dengan apa yang kita punya saat ini.

Kami menyediakan hanya untuk versi cowok semua. Kalau untuk versi ceweknya kami belum. Kami masih fokus aja di konsumen kami yang sekarang.

Kisaran harga untuk produknya berapa?

Untuk kisaran harga kami untuk sepatu paling murah itu ada yang Rp250 ribu dan yang paling mahal ada yang sekitar Rp700 ribu.

Bagaimana dapat menarik perhatian konsumen?

Untuk dapat menarik perhatian anak muda kami ada tiga hal. Satu dari sisi desain, kami selalu berusaha deasinnya itu timeless. Maksudnya timeless itu, jadi kalau dipakai sekarang sampai sepuluh tahun ke depan masih masuk, bisa dipakai dan masih bisa dibilang bagus. Kami bersama dengan tim desain selalu membuat desainnya harus tak lekang oleh waktu. Selanjutnya dari sisi servis, kami selalu dengerin feedback konsumen setiap hari, dan selalu investasi di layanan costumer. Jadi konsumen juga merasa uang yang mereka keluarkan tidak hanya produk, tapi dapat servisnya juga. Untuk yang paling baru contonya kami rekrut lagi pegawai biar bisa terima telepon 24 jam dan bisa melayani pembelian 24 jam. Kami juga beli software, siapkan sistem dan segala macamnya. Jadi konsumen bisa kaya ke bank, setiap mereka telepon kami Tanya ID-nya apa, kami punya data history jadi bisa macem-macem dengan data itu.

Persaingan dengan pelaku bisnis yang lainnya bagaimana?

Kami cukup tahu saja soal persaingan, Cuma tidak sampai membuat keputusan untuk membuat persaingan dengan yang lain. Kami tahu ada saingan, ya selanjutnya fokus ke konsumen saja. Dengan fokus ke konsumen, kami selalu mendengarkan feedback dari mereka. Kami mendapat feedback itu harian, dari sosial media, telepon, dan dari e-mail setiap hari saya dapat. Itu saya dengerin semua, terus kami rapatkan per minggu. Perbaikan dari segi layanan, desain, dan segala macamnya saya perhatikan sampai kotak sepatunya.

Penjualannya sudah samapai mana saja?

Untuk penjualannya kami masih fokus di dalam negeri. Masih banyak potensi yang bisa diraih, jadi belum mau ke luar negeri dulu. Untuk penjualan di dalam negeri kami dari Sabang sampai Merauke sudah dicapai. Untuk paling banyak sih masih di Jakarta, Bandung, dan Jabodetabek, berikutnya ada Medan dan Surabaya.
Kami ada store dua, satu di Kemang, Jakarta, dan satu lagi di Bandung di Gudang Utara yang sekaligus warehouse kami. Sisanya sih penjualan di online semua. Untuk sekarang penjualan offline ini menyumbang sekitar 30% sampai 40%, padahal baru di Jakarta dan Bandung saja.

Peningkatan bisnisnya berapa?

Untuk peningkatan usaha kami punya target. Kalau target di internal sih sebesar-besarnya, cuma kemaren dari awal berdiri 2010 sampai 2013 sih konsisten sekitar 400% tiap tahunnya. Cuma dari tahun 2013 ke tahun 2014 ini, berhubung degan volume yang banyak target 400% itu terlalu tinggi. Jadi kami untuk tahun ini targetnya sekitar 200% sampai 300%. Untuk bisa sampai 200% saja bagi kami sudah sangat luar biasa. Jadi, banyak sekali yang harus dipersiapkan untuk mencapai target sebesar itu.

Rencana ke depan untuk pengembangan bisnis bagaimana?

Kalau bicara tentang pengembangan sih tidak terbatas, soalnya potensinya banyak sekali. Bagi saya sebagai yang mimpin sekarang mau tetap fokus dan mulai belajar tidak untuk peluang itu. Kami ingin tetap fokus di range konsumen yang ada sekarang dan juga lewat online.

Kalau untuk rencana ke depan pengembangan bisnisnya kami sekarang sedang ada penjajakan penambahan store. Untuk store yang paling potensial itu tidak jauh dari Medan atau Surabaya. Untuk konsep store-nya ini mau dibuat unik dan belum pernah ada di Indonesia, jadi tunggu saja berita dari kami. Untuk yang sekarang konsep store-nya bisa saja, jadi tidak besar dan di bawahnya itu kantor kami. Sebenarnya tempat ini untuk kantor, cuma karena ada space kosong jadi kami ubah jadi store. Ternyata setelah jadi store diterrima dengan baik oleh masyarakat. (***)

The post Brodo: Bisnis Sepatu dengan Modal Rp7 juta appeared first on Majalah SWA Online.

Salam Rancage: Tangan-tangan Terampil Mengolah Limbah Kertas

$
0
0

Tak ada rotan, koran pun jadi. Begitulah tagline Salam Rancage. Produsen kerajinan dari Bogor ini mendaur ulang limbah kertas berupa koran, tabloid, dan majalah bekas. Setelah melalui berbagai proses, limbah kertas tersebut diubah menjadi kerajinan seperti laundry basket, rak buku, rak sepatu, topi, tikar, tas, keranjang baju, tas laptop, hiasan rumah, kap lampu dan sebagainya. “Dengan metode pilin, lipat dan anyam, koran di-finishing menggunakan cat kayu water base. Hasilnya menyerupai rotan,” ujar Tri Permana Dewi, salah satu pendiri Salam Rancage.

Tri Permana Dewi (kiri). Dengan metode pilin, lipat dan anyam, koran di-finishing menggunakan cat kayu water base. Hasilnya menyerupai rotan

Tri Permana Dewi (kiri). Dengan metode pilin, lipat dan anyam, koran di-finishing menggunakan cat kayu water base. Hasilnya menyerupai rotan

 

Bisnis bernapaskan sosial yang didirikan sejak 2012 ini mampu memproduksi 3.000 item produk tiap bulannya. Harganya dari Rp 2.000-an sampai Rp 750 ribu. Kalau dihitung-hitung omsetnya sekitar Rp 15-20 juta/bulan. Salam Rancage memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dalam proses produksinya. Setidaknya ada 20-an ibu rumah tangga yang terlibat. “Ini kan social business, jadi benar-benar harus melibatkan lingkungan,” tutur Dewi, kelahiran Bali tahun 1969.

 

Pemasaran dilakukan di melalui galeri sekaligus tempat workshop di Jln. Pangeran Shogiri No. 150, Tanah Baru, Bogor. “Setiap hari Jumat kami berjualan di Cifor (Center for International Forestry Research), ikut pameran-pameran, bazaar, online shop, serta social media (Facebook, Twitter, Instagram, dan sebagainya),” Dewi menjelaskan.

 

Permintaan pasar, antara lain, untuk kebutuhan seperti souvenir pernikahan yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, seperti Solo, Bandung Surabaya dan beberapa hotel yang banyak memesan keranjang cucian. Pesanan dalam jumlah besar pernah datang dari Kementrian Pekerjaan Umum untuk ajang jambore. Pada suatu ajang pameran, Kementrian PU memesan 3.200 topi dari koran. Jangka waktunya cuma tiga minggu. Yang membanggakan, topi buatan Rancage itu ternyata dikenakan oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono.Produk kerajinan salam rancage produk daur ulang

 

Nama Salam Rancage berasal dari kata Sekolah Alam dan Rancage bahasa Sunda yang berarti terampil. Cikal bakal Salam Rancage memang berasal dari Sekolah Alam, Bogor. Semula Sekolah Alam ini memiliki bank sampah. “Kita memilah dan menabung sampah,” tutur Dewi. Memang, pada 2009 seluruh siswa Sekolah Alam diberikan pemahaman untuk mengumpulkan barang-barang bekas seperti koran, majalah serta bungkus kemasan kopi, mie instan dan sebagainya. Ketika bahan-bahan daur ulang tersebut terkumpul dari murid-murid kemudian muncul ide bagaimana barang-barang tersebut dapat bernilai dan tidak hanya dibuang ketempat sampah atau di bakar.

 

Baru pada 2012 Salam Rancage resmi berdiri dengan mengembangkan ide kreatif untuk memanfaatkan limbah kertas menjadi aneka barang sovenir yang bernilai ekonomi tinggi, menjadi bahan-bahan perabotan rumah tangga seperti keranjang sampah, vas bunga, tas, keranjang cucian hingga barang-barang kerajinan terkecil seperti tempat tissu, tempat pinsil, dan gelang dan hingga kini sudah mencapai 170-an item produk kerajinan yang di hasilkan.

 

Tri Permana DewiMeski bahan dasarnya kertas, kualitas produk souvenir dari Salam Rancage tak kalah dengan produk yang berbahan dasar dari kayu. Soalnya, kertas-kertas tadi sebelumnya sudah divernis kayu untuk menjaga ketahanan terhadap air dan cuaca. Salah satunya adalah produk pot bunga, yang disimpan di luar ruangan, kena sengatan panas mentari dan guyuran hujan, ternyata pot bunga itu bisa awet bertahan.

 

Ketua Tim Koordinasi Nasional Pengembangan Wirausaha Kreatif, Kementerian Koordinator Perekonomian, Handito Joewono, menilai positif langkah Salam Rancage. Dengan mengikuti berbagai pameran, punya stan regular merupakan strategi untuk pengembangan pasar. Demikian pula dengan online marketing yang dijalankan.

 

Meski begitu, Handito menggarisbawahi persoalan yang kerap mengganjal pelaku socioentrepreneur. Seringkali pelakunya terjebak hanya pada aspek sosialnya saja. Padahal, dalam socioentrepreneur prinsipnya adalah entrepreneurship. “Jadi bagaimana menumbuhkan motivasi bisnis. Itu yang perlu dipertahankan agar bisnis sustain,” kata Handito.

 

Pelaku socioentrepreneur harus terus menerus menggenjot motivasi bisnis masyarakat yang terlibat di dalamnya. Misalnya, dengan membuka pasar-pasar baru, akan mendatangkan keuntungan yang konsisten. “Ending-nya, masyarakat yang terlibat semakin bersemangat sehingga mendatangkan manfaat lebih,” tuturnya.

 

Sigit A. Nugroho & Didin Abidin Masud/Riset: Dian Solihati

The post Salam Rancage: Tangan-tangan Terampil Mengolah Limbah Kertas appeared first on Majalah SWA Online.

Dafam Group, Jagoan Perhotelan dari Semarang

$
0
0

Dafam Group baru dibentuk pada tahun 2010, namun pada akhir tahun 2013 lalu mampu membukukan pemasukan sebesar Rp180 miliar per tahun. Kesuksesan ini tidak lepas dari tangan dingin Billy Dahlan selaku Direktur Utama Dafam Group dalam mengelola lini bisnisnya, yang tidak hanya bergerak di bidang hospitality saja, melainkan juga bidang-bidang lain seperti management hotel, entertainment, serta properti. Bagaimana lika-likunya dalam membesarkan Dafam Group? Billy Dahlan menuturkannya kepada Fardil Khalidi dari SWA Online berikut ini:

Dafam

Bisa diceritakan awal mula ketertarikannya menjajaki dunia perhotelan?

Awalnya seperti ini, kami ada beberapa perusahaan keluarga yang dikelola oleh ayah saya, Soleh Dahlan, yakni sarang burung walet, farmasi, pabrik rokok yang menjadi mitra produksi Sampoerna. Namun saya tidak melihat adanya peningkatan, sarang burung walet panennya sedikit, harga jual jatuh. Perusahaan farmasi saat 2006 sudah dijual. Lantas hanya menyisakan pabrik rokok yang terletak di Tegal. Walaupun memiliki 2.000 karyawan saya belum mendapatkan passion.

Saat 2006, ketika saya lulus kuliah sempat menjalankan usaha ayah saya, yakni pabrik rokok. Tapi karena tidak terlalu prospektif menurut saya, jadi sempet buka beberapa bisnis lain seperti bisnis PLN, trading and supply, finansial, hingga bisnis tanaman. Namun hampir keseluruhannya tidak begitu jalan.

Pada 2009, kala itu saya bertemu dengan Pak Andhy Irawan, seorang General Manager dari suatu hotel swasta. Saya mulai melakukan pembicaraan dengannya untuk bekerja sama di bidang perhotelan. Jadilah pada 2009 kita melakukan perencanaan bisnis ini, dan 2010 mulai bangun satu hotel, yakni hotel Dafam Semarang, hotel pertama dari Dafam Group. Jadi, nama Dafam Sendiri baru resmi dikenalkan pada tahun 2010 tersebut.

Bagaimana awal mula penetrasi anda bersama pak Andhy Irawan dalam mengembangkan jaringan hotel hingga begitu luas seperti saat ini?

Jadi saat 2010 kami baru punya satu hotel, yakni Dafam Group Semarang. Pada 2010 akhir kami putuskan untuk take over mal di Pekalongan jadi hotel Marlin. Jadi dalam setahun kami memiliki dua hotel.

Saat itu kami merasa kok dengan manuver seperti ini ternyata cocok. Akhirnya kami pun putuskan untuk ekspansi ke Cilacap, yakni dengan takeover salah satu hotel lama di sana, tepatnya di tahun 2011. Hotel lama di sana, kami renovasi dan operasikan.

Setelah itu kami merealisasikan pembangunan hotel di Pekalongan, masih di tahun yang sama yakni 2011. Jadi dalam dua tahun semenjak Dafam berdiri, kami telah memiliki empat hotel.

 

Kemudian bagaimana awal mulainya Dafam Group menjadi manajemen hotel?

Begini, berdasarkan diskusi saya dengan Pak Andhy Irawan, kami menyimpulkan bahwa dunia properti pada saat itu sedang mengalami masa emas, karena dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal tersebut ditandai dengan menjamurnya beberapa hotel lain di satu wilayah tersebut. Akhirnya kami pun putuskan untuk membuat satu tim untuk menjalankan bisnis operator hotel untuk mengelola hotel – hotel yang baru bermunculan pada saat itu.

Kami bentuk satu tim yang terdiri dari 30 orang khusus untuk operator hotel tersebut. Alhasil, sampai 2014 ini kami sudah berhasil menjalin agreement dengan total 40 hotel yang tersebar di Indonesia. Sementara yang sudah running totalnya 14 hotel, termasuk hotel kita sendiri. Adapun rencananya 2015, 40 hotel tersebut sudah running.

Dafam(tegak)

Apakah itu berarti ada dua perusahaan berbeda?

Ya, untuk pembangunan hotel dengan operator hotel kami petakan hirarkinya berbeda. Yang pembangunan dibentuk dengan nama PT Dafam Line, sementara operator hotel adala PT Dafam Hotel Indonesia. Namun keduanya saling sinergi satu sama lain dalam satu kesatuan Dafam Group.

Antara Anda dengan Pak Andhy, bagaimana posisinya dalam perusahan?

Pak Andhy, merupakan hotelier terbaik yang pernah saya kenal. Awalnya saya temui ia kala itu masih menjabat sebagai GM di suatu hotel di Semarang. Namun sekarang ia merupakan managing director untuk divisi PT Dafam Hotel.

Sementara saya, jujur saja, tidak punya spesifik skill dalam bidang perhotelan. Adapun secara pribadi saya cenderung men-set up bisnis ini secara general, mulai dari manajemen, finansial, SDM, relasinya, saya coba bangun di situ. Termasuk juga dari sisi networking bisnis, seperti deal soal properti, menggandeng mitra bisnis, set up project, negosiasi, dll.

Sedangkan Pak Andhy, lebih ke pada sisi teknis hotelnya karena berbekal capability-nya di bidang pehotelan. Jadi, ia merupakan sosok yang tepat untuk me-running divisi hotel ini.

Berapa nilai investasi dari tiap hotel yang Anda bangun/miliki?

Soal investasi hotel itu terbagi ke dalam beberapa kelas, yakni:
Bintang 2 : ranging antara Rp30 – Rp40 milira seperti Miotel dan Dafam Express
Bintang 3 : ranging antara Rp60 – Rp70 miliar seperti Dafam Hotel Semarang
Bintang 4 : ranging antara Rp90 – Rp120 miliar seperti Grand Dafam Yogyakarta
Bintang 5 : investasi unlimited, ada tapi belum launching. Kenapa unlimited? Karena diproyeksikan untuk membuat settle orang-orang dengan keuangan yang banyak.

Bagaimana Anda melihat peta persaingan dunia perhotelan saat ini?

Sejak 2010 kita ketahui bahwa sudah ada beberapa pemain besar di kelasnya seperti Accor Group, Harris, Aston, Novotel, Amaris dll. Sekarang? Sudah pasti berambah banyak. Saat pertama kali berdiri di Semarang, itu pesaingnya baru 7. Sekarang sudah sekitar 20 – 25 hotel. Di sini terlihat pengembangan industri hotel di kota- kota yang prospektif seperti Semarang ini begitu pesat.

Apa strategi yang Anda terapkan untuk leading?

Mungkin bagi sebagian pemain bisnis perhotelan memandang bahwa jika belum punya hotel di Jakarta belum bisa dikatakan pemain nasional, walaupun punya berpuluh-puluh hotel di daerah. Mungkin itu benar, namun ini merupakan bagian dari strategi kami yakni dengan menggarap di 2nd / 3rd cities terlebih dahulu. Ya seperti strategi gerilya.

Kenapa 2nd / 3rd cities terlebih dahulu? Karena dari situ kami baca trennya lebih mudah ketimbang di Jakarta, yang sudah banyak pemain di bisnis ini, serta investasi yang besar. Kalau di 2nd / 3rd cities kami lebih mudah membaca trennya. Paling tidak 3 – 5 tahun ke depan, Semarang misallnya, perkembangan kotanya bisa seperti Surabaya. Surabaya 3 – 5 tahun ke depan seperti Jakarta, Jakarta 3 – 5 tahun ke depan seperti Singapura. Singapura 3 – 5 tahun ke depan seperti London / New York. Kira – kira trennya seperti itu.

Hal lain adalah karena di 2nd / 3rd cities kompetitornya tidak terlalu banyak. Jadi kami bisa berdiri sebagai pionir.

Faktor apa saja yang menjadi pertimbangan Anda membangun hotel di suatu kota?

Banyak sekali. Salah satunya adalah tren kota tersebut, seperti ada proyek apa yang sedang berjalan di sana, daya serap serta mobilitas masyarakat antar kota seperti apa, serta bagaimana pariwisatanya.

Misalnya saja Cilacap, di sana sedang berlangsung proyek kilang minyak Pertamina, pabrik Holcim, industri perkapalan, serta pariwisatanya juga sedang digenjot. Amazingly dari sekian hotel yang kita miliki, Hotel di Cilacap leading di antara hotel – hotel grup kita, performing-nya paling bagus.

Nah, dari sini tren tersebut bisa terbaca, bahwa kemajuan suatu kota, dilihat dari berbagai aspek seperti pembangunan, industri, serta pariwisata merupakan modal penting. Karena pasti mereka membutuhkan akomodasi yang memadai untuk men-support aktivitas tersebut.

Bicara soal Cilacap, yang kami dapati juga, ternyata pasca pembangunan hotel di sana, beberapa hotel lain juga masuk. Nah, ini juga menurut saya bisa menjadi faktor pendongkrak revenue , baik itu dari segi aset, okupansi, tanah, bisnis value pun meningkat.

Bentuk kerja sama yang Anda jalin dengan berbagai mitra seperti apa?

Mulai dari yang kita running sendiri. Ada beberapa bentuk kerja sama misalnya, ada seorang pengusaha land rent, pengen diinvestasikan, kemudian kami terima, kami dirikan hotel. Pada kasus seperti ini bentuk kerja samanya adalah investasi, adapun yang diinvestasikan pihak ke dua adalah lahannya. Kemudian jika ada hotel lama, gak menutup kemungkinan untuk kita take over, kita percantik. Selain itu, bisa kami juga tidak menutup kemungkinan untuk para investor masuk guna melakukan ekspansi / penambahan aset.

Sementara itu, yang secara bisnis operator hotel, kami menggandeng individual, di mana mereka merupakan pengusaha yang membangun hotel dan butuh support kita untuk perencanaan, setting awal, recruitment, training, project, hingga ke manajemennya. Adapun jumlah pengusaha hotel secara individu ini jumlahnya sekitar 85% dari total hotel yang kita operasikan, sisanya ya hotel sendiri. Adapun keuntungan yang bisa kita peroleh adalah dari biaya operasional yang mereka bayarkan ke kami.

Ada juga baru-baru ini kami menjalin kerja sama dengan PT Pos, yang minta dibangunkan hotel sebanyak 5 hotel. Kalau yang ini keuntungannya dalam bentuk profit sharing. Intinysa sih kerja sama dilakukan se-fleksibel mungkin.

Berapa okupansi rata – rata tiap hotel?

Sangat positif. Hampir setiap hotel yang berada pada manajemen kami tidak kurang dari 80% setiap tahunnya. Hal ini karena lokasi yang kita pilih cukup strategis.

Untuk mencapai BEP dari satu hotel berapa tahun dibutuhkan?

Mencapai BEP itu sekitar 7 – 8 tahun

Bisa digambarkan jaringan hotel yang Anda miliki?

Dari ke 40 hotel yang sudah / akan kami operasikan, beberapa tersebar di berbagai kota di Indonesia. Misalnya saja hotel Arawana, yang merupakan hotel yang telah kita take over di Pekanbaru pada 2013 akhir lalu. Kemudian di Palembang ada hotel mal. Di Lampung ada dua hotel lagi. Kemudian ada juga di Palembang, Bali. Beberapa juga sedang dalam proses tindak agreement yakni di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara. Nah, Senin tanggal 21 Juli 2014, kami meresmikan satu hotel baru lagi di Bandung. Jadi degan demikian, bisa dikatakan, hampir seluruh Indonesia kami sudah straight out.

Berapa omset yang anda dapatkan? Pergerakan dari tahun ke tahun bagaimana?

Untuk Dafam Group saja di luar rokok dan usaha family itu sebesar :
2010: Rp5 miliar; 2011 sebesar Rp60 miliar; tahun 2012 Rp120 miliar; pada 2013 nilainya Rp180 miliar dan tahun 2014 sebesar Rp300 miliar.

Disamping bisnis hotel, apa lagi bisnis yang Anda jalankan?

Ya, dalam satu lingkup Group Dafam. Selain bisnis hotel, kami juga menjalankan bisnis entertainment (karaoke, resto, bar, lounge, studio musik, dll) serta bisnis properti (perumahan). Kalau bisnis hotel adalah bisnis jangka panjang, kedua bisnis ini masuk katagori jangka pendek. Tujuannya ya untuk balancing saja, ada long term, ada short term.

Untuk lokasinya sendiri hampir di seluruh Jawa Tengah ada, yakni di Cilacap, Purworkerto, Pekalongan, Semarang, Jogja, dan Solo.

Apa  key factor yang membawa Anda sukses di bisnis ini?

Secara grup kita tidak terbentuk by design. Artinya tidak melalui perencanaan yang benar-benar matang, melainkan by nature / by insting. Kemudian harus berani ambil risiko serta bertanggung jawab. Dengan kata lain, we’re not plan ahead, melainkan ahead of plan.

Kami berdiri satu langkah di depan rencana. Sehingga sewaktu -waktu terjadi deal – deal yang tidak diduga, kami siap, baik secara finansial, SDM, manajemen, dll. Begitu pun dengan kesempatan-kesempatan yang lewat di depan kita, kita ambil sebisa mungkin namun tidak merasa kewalahan.

Saya mengagumi sosok Sandiaga Uno, dan mencoba mempraktekkan prinsip kerja beliau, yakni kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, kerja ikhlas. Dan itu saya implikasikan sebagai dasar bisnis saya. Kerja keras dan kerja cerdas seperti yang kita ketahui itu penting, dalam artian harus gigih namun pandai menyiasati suatu obstacle. Tapi yang tidak kalah penting kerja tuntas, dalam artian setiap masalah pasti selalu datang silih berganti, dan itu sesuai tanggung jawab, harus diselesaikan secara tuntas. Perkara hasilnya nanti bagaimana, kadang ada yang memuaskan, kadang ada yang tidak memuaskan, kita harus menerimanya dengan ikhlas.

Pernah mengalami masa sulit?

Pernah suatu ketika di tahun 2010, saya melakukan pengembangan yang terlalu pesat, seolah tidak punya rem. Dalam waktu dua tahun saya mendirikan empat hotel di mana pendanaannya masih dari hutang bank. Padahal saya sama sekali belum memiliki pengalaman di bisnis hotel tersebut, bahkan banyak sekali risiko yang saya sendiri tidak mengetahui konsekuensinya. Hingga sampai puncaknya, saya tidak mampu bayar cicilan hutang, cash flow kita bocor. Dan saya sempat khawatir bahwa bisnis ini tidak akan bertahan lama.

Akhirnya saya putar otak melakukan rekonsiliasi di berbagai aspek, secara SDM, manajemen, hingga sampai titik tertentu pengembangan bisnis sudah jauh ke depan. Akhirnya saya beranikan untuk membuka bisnis selain di perhotelan, yakni perumahan yang dipegang adik saya, Junaidi Dahlan, serta entertainment yang dipegang kakak saya, Wijaya Dahlan, yang sebenarnya sudah beroperasi sebelum bisnis hotel terbentuk, namun baru kali ini saya betul-betul fokuskan.

Tujuannya apa? Karena begini, bisnis hotel itu kan long term, kami merasa perlu adanya penyeimbang cashflow, jadilah kami sasar dua bisnis tersebut sebagai bisnis short term kami. We’re creating that to cover, jadi pada akhirnya menjadi subsidi silang. Itulah yang membuat bisnis perhotelan kami tetap berjalan. (***)

The post Dafam Group, Jagoan Perhotelan dari Semarang appeared first on Majalah SWA Online.


Pengusaha Muda di Malang Deklarasikan YES (Young Entrepreneur Society)

Oneintwenty Targetkan 1 dari 20 Lulusan PT Berwirausaha

$
0
0

“Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia,” begitulah kata Presiden Pertama RI, Ir.Soekarno. Hal tersebut dapat diartikan dengan semangat dan keinginan bergotong royong kita dapat membuat perubahan besar. Hal tersebut tercermin pada beberapa kelompok komunitas wirausaha seluruh Indonesia pada saat meluncurkan sebuah program Oneintwenty di gedung pola kantor Gubernur Provinsi Jambi yang diresmikan langsung oleh Wakil Gubernur Jambi Fachrory Umar.

Budi S. Isman, Pembina Pro Indonesia yang menaungi program oneintwenty, menjelaskan, membangun UMKM sebenernya tidak memerlukan APBN. Dengan semangat gotong royong para pelaku usaha kita dapat mengembangkan UMKM dengan cepat.

Oneintwenty

Konsep gotong royong dalam membangun UMKM ini sudah diterapkan sejak tahun 2010 dan hasilnya cukup memuaskan. Sudah ada ribuan UMKM yang terbantu dan berkembang cukup pesat. Gerakan Oneintwenty memiliki filosofi learn – success and share yang bearti belajar sukses dan berbagi bersama.

Apa itu Oneintwenty?

Oneintwenty adalah sebuah gerakan nasional wirausaha yang murni dilakukan oleh para relawan wirausaha Indonesia. Dengan menggunakan filosofi Learn – Success –Share, gerakan ini mencoba memberdayakan pelaku usaha untuk mau belajar dan berbagi. Gerakan nasional Oneintwenty memiliki dua tujuan besar yaitu menciptakan dan mengembangkan UMKM.

“Sebenernya pekerjaan rumah kita para penggerak wirausaha hanya ada dua yaitu menciptakan pelaku usaha baru dan mengembangkan pelaku usaha yang sudah ada,” tambah Budi

Untuk menciptakan wirausaha baru, oneintwenty memiliki “arti satu dari dua puluh” yaitu setiap 1 orang dari 20 orang di Indonesia harus menjadi wirausaha. Dan hal ini sangat serius ditargetkan terlihat dengan program yang sudah berjalan. “Melaui oneintwenty, 1 orang dari 20 orang lulusan perguruan tinggi di Indonesia harus menjadi wirausaha. Dengan ini maka jumlah wirausaha di Indonesia akan berjumlah sekurang-kurangnya 5%. Dan melalui gerakan ini hal tersebut ditargetkan akan tercapai pada tahun 2020,” jelas Budi.

Jumlah wirausaha formal di Indonesia hingga April 2014 hanya sebesar 1,65 persen. Jumlah ini masih jauh dari dari angka yang ideal dan masih kalah dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.

Mengembangkan 1 juta wirausaha

Guna mengembangkan wirausaha yang sudah ada, Oneintwenty memiliki arti mengembangkan 1 juta wirausaha naik kelas pada tahun 2020. Saat ini jumlah wirausaha di Indonesia mencapai sekitar 56,5 juta dan 99,8 persennya adalah usaha mikro dan informal. Untuk itu dalam gerakan ini dibuat program UMKM naik kelas yaitu dengan menargetkan usaha mikro naik kelas menjasdi usaha kecil, usaha kecil meningkat menjadi usaha menengan dan menegan bisa menjadi besar.

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkontribusi sebesar 97 persen terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan tingginya kontribusi UMKM terhadap kondisi perekonomian. Melalui Oneintwenty diharapkan wirausaha Indonesia akan lebih banyak lagi dan dapat berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia dan mampu membuka lapangan kerja baru.

Gerakan nasional Oneintwenty sudah memetakan beberapa kendala yang dihadapi UMKM Indonesia yang berpotensi menghambat perkembangan UMKM. Beberapa kendala yang sudah dipetakan diantaranya: pengetahuan, pasar, modal, teknologi, legal dan paten, serta jaringan.

Hal-hal yang sudah dilakukan kegiatan ini sudah cukup terlihat seperti mengadakan workshop dan memberikan pendampingan usaha, bekerja sama dengan retai modern nasional untuk mau memberikan space untuk UMKM, bekerja sama dengan lembaga keuangan baik perbankan maupun investor, menjaring para pakar teknologi untuk mau turun tangan membantu UMKM, juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah dalam hal pengurusan izin usaha.

Untuk dapat memberikan akses knowledge kepada UMKM, Oneintwenty mencetak pelatih-pelatih bisnis yang diambil dari para relawan di masing-masing daerah. Untuk 1 orang pelatih akan membina 10 UMKM di 8 kota besar di Indonesia.
Oneintwenty membuat sistem E-Monitoring untuk UMKM dengan menggandeng relaan dari kalangan pakar TI. Hal ini bermanfaat bagi para pelatih bisnis untuk dapat melihat perkembangan pelaku usaha hari perhari,minggu perminggu. Di sini akan terekam data penjulan UMKM dan data keuntungan yang diraih UMKM.

Selain itu, Oneintwenty memberikan solusi kepada pelaku usaha di manapun berada untuk memiliki komunitas secara online. Para relawan Oneintwenty membuat sebuah aplikasi sosial media wirausaha yang bertujuan membentuk komunitas wirausaha diseluruh Indonesia dengan harapan terjadi sinergi atau kolaborasi antar member untuk sama-sama menguatkan usahanya. Sosial media tersebut dapat dibuka di www.onein20.com

Terkait akses pasar, gerakan Oneintwenty berusaha mengajak semua pasar baik retail modern dan lainnya untuk mau menyediakan space untuk produk-produk UMKM.

Untuk permodalan, Budi menjelaskan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengajak semua masyarakat Indonesia yang memiliki kemampuan untuk mau menginvestasikan dananya di sektor UMKM. Para angel investor bisa didapat dari kalangan kelas menengah ke atas yang jumlahnya sudah lebih di 50 juta orang di Indonesia. (EVA)

The post Oneintwenty Targetkan 1 dari 20 Lulusan PT Berwirausaha appeared first on Majalah SWA Online.

SWA 100 – Indonesia’s Best Wealth Creators 2015 (Majalah SWA Edisi 14/2015)

$
0
0
SWA 100 - Indonesia’s Best Wealth Creators 2015 (Majalah SWA Edisi 14/2015)

SWA 100 – Indonesia’s Best Wealth Creators 2015 (Majalah SWA Edisi 14/2015)

SWA 100
Indonesia’s Best Wealth Creators 2015

Perusahaan Indonesia terus melanjutkan dominasinya di peringkat atas SWA100 ASEAN berdasarkan pemeringkatan Wealth Added Index (WAI), yakni indeks yang menggambarkan peningkatan kekayaan para pemegang sahamnya. Ada 5 perusahaan Indonesia yang masuk ke dalam top 10 tingkat ASEAN. Siapa saja mereka? Bagaimana potret keseluruhan SWA100 2015 versi pemeringkatan Indonesia dan versi ASEAN? Apa rahasia beberapa perusahaan tetap kokoh di papan atas? Bagaimana pula dengan kontes pemilihan Best CFO 2015 dan siapa pemenangnya? Semua dikupas habis dan dibahas tuntas hanya di SWA terbaru !

“Menjaga Prestasi di Masa Sulit”
Di tengah situasi bisnis yang masih sulit, sejumlah emiten mampu secara konsisten meningkatkan kekayaan para investornya. Bagaimana bisa? Apa kaitannya dengan peran CFO yang dituntut lebih strategis?

Simak Sajian SWA lainnya!

“Ellen Yurian “Bidan” Pengembangan SDM”
“Saya memang dilahirkan sebagai learner dan teacher.” Keyakinan inilah yang mengantarkan Maria Ellen Yuriaan mencintai dan menapaki dunia pendidikan. Lebih dari dua dasawarsa melayari karier di dunia perbankan, ia fokus dan konsisten menggeluti bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM).

“Investasi Besar Menggarap Bisnis Makanan Olahan ala Jepang ”
Kuliner ala Jepang belakangan tambah populer di kalangan masyarakat urban di Tanah Air. Mulai dari ramen, sushi, sashimi, teriyaki, takoyaki, dan sebagainya. Tak mengherankan, kini banyak restoran Jepang bermunculan.

“Langkah Gesit Juragan Buah Impor”
Lewat bendera Grup SHB, Junardi Wigimin mencatatkan diri sebagai importir buah-buahan yang memiliki jalur distribusi hampir ke seluruh pelosok Tanah Air. Belakangan, dia pun merambah bisnis resto, kecantikan dan kesehatan, food & beverage, serta consumer goods. Inilah lika-likunya.

EKONOMI & BISNIS

PEMASARAN

“Persaingan Minuman Bersoda Tetap Berbuih”
Di tengah isu minuman sehat, persaingan minuman bersoda tetap sengit. Big Cola terus menggerogoti Coca-Cola yang sekian lama jadi penguasa pasar, dan Coca-Cola pun tak tinggal diam.

TEKNOLOGI INFORMASI

“Layanan Logistik Terpadu Satu Atap”
Guna memberikan layanan logistik yang lebih efisien dan memuaskan pelanggannya, PT Kamadjaja Logistics membangun kawasan layanan logistik terpadu yang disebut K-Log Park. Sistem berbasis TI mendukung proses layanan kawasan logistik terpadu ini. Seperti apa praktiknya?

ENTREPRENEURSHIP

ENTREPRENEUR

“Lika-Liku Si Duo Merajai Bisnis Software Multifinance”
Pengalaman sebagai profesional di perusahaan TI dan pembiayaan memantapkan Guntur dan Setyadidi menekuni bisnis peranti lunak untuk perusahaan pembiayaan. Kini, perusahaan yang dibangun dari nol itu menjadi pemimpin pasar di kategorinya.

INDONESIA YOUNGSTER INC.

ENTREPRENEUR

“Yosefa Trisna Aroma Furi, Srikandi Muda di Bisnis Penyewaaan Tower Crane”
Pengusaha wanita yang berbisnis alat-alat berat masih bisa dihitung dengan jari. Bisnis ini dekat dengan dunia maskulin dan
dipersepsikan sebagai dunianya laki-laki.

STAR-UP
AdPlus

SELF EMPLOYED
Faza Ibnu Ubdaidillah Salman

SIAPA DIA
Nelley Young

Baca selengkapnya di SWA Edisi Terbaru!

Anda juga bisa menyimak up date harian seputar isu bisnis di www.swa.co.id.

Dapatkan juga Majalah SWA versi Digital di Tablet dan Smartphone Anda melalui
http://swa.co.id/digitalmagazine

Informasi Lengkap:
Berlangganan: http://swa.co.id/subscription/
Iklan: http://swa.co.id/about

Website: http://swa.co.id/
Facebook: http://facebook.com/majalahSWA
Twitter: http://twitter.com/majalahSWA
Google+: http://google.com/+SWAmagazine

Jika anda membutuhkan pembelian Majalah SWA dalam jumlah besar atau berlangganan kolektif untuk Karyawan dan Mitra berharga anda, segera manfaatkan fasilitas lebih dan discount menarik yang kami sediakan, silahkan menghubungi :
Putri-Sirkulasi
Email: putri.meutia@swamail.com
Tlp. (021) 3523839 Fax: (021) 3457338, 3853759

The post SWA 100 – Indonesia’s Best Wealth Creators 2015 (Majalah SWA Edisi 14/2015) appeared first on Majalah SWA Online.

Survei WOMM 2015: Strategi Pemasaran Word of Mouth (Majalah SWA Edisi 15/2015)

$
0
0
Survei WOMM 2015: Strategi Pemasaran Word of Mouth (Majalah SWA Edisi 15/2015)

Survei WOMM 2015: Strategi Pemasaran Word of Mouth (Majalah SWA Edisi 15/2015)

 

Survei WOMM 2015:
Strategi Pemasaran Word of Mouth

Rekomendasi konsumen untuk membeli merek-merek tertentu sangat dipengaruhi oleh faktor talkable
(seberapa sering merek diperbincangkan) dan faktor promotable (seberapa sering merek dipromosikan oleh pelanggannya). Diperlukan terobosan agarpara pengelola merek tidak kehilangan kemampuan untuk terus menemukan pendekatan baru yang dapat menyentuh konsumen dalam kegiatan pemasaran. Solusinya? Pendekatan WOMM (Word of Mouth Marketing) pun menjadi sebuah keharusan. Bagaimana menjaga WOMM agar tetap otentik, tulus & terpercaya? Bagaimana strategi menjalankan WOMM? Simak pula hasil survei WOMM 2015.

Bukan Sekadar Word of Mouth, tetapi Worth of Mouth

Era media sosial dengan kemampuan viralnya dalam melipatgandakan pesan berantai secara cepat dan luas membuat word of mouth marketing semakin merebak dan disukai pemasar. Namun, hati-hati terhadap jebakan penggunaan buzzer atau endorser bayaran, banjir “like” atau follower, dan pelbagai informasi yang belum tentu otentik.

Simak Sajian SWA lainnya!

“Manisnya Bisnis Sosial Sabrina Mustopo
Bekerja dengan gaji besar dan titel mentereng di perusahaan konsultan kenamaan global rupanya tak lagi menarik minat Sabrina Mustopo.

“Kunci di Balik Sukses 7-Eleven
Disrupsi digital membuatnya nyaris ambruk. Kemauan berubah hanyalah satu faktor membalikkan nasib. Apa strategi lain yang diterapkan sehingga perusahaan bisa bangkit?

Pionir Bisnis Solusi Keamanan

Fokus di bisnisnya dan cakap berjejaring melejitkan Sanny Suharli menjadi pebisnis utama di bidang solusi keamanan. Selain klien swasta seperti BCA, Puslabfor Polri dan Istana Negara pun sukses digaetnya. Inilah perjalanan pria kelahiran Muntok, Bangka, itu membangun bisnisnya.

EKONOMI & BISNIS

INVESTASI

Meisya Siregar Rajin Berinvestasi, seperti Berbelanja di Supermarket
Artis berdarah Batak ini rajin mengoleksi produk-produk investasi. Asetnya tersebar di berbagai portofolio, seperti reksa dana, obligasi ritel Indonesia, obligasi korporasi, deposito dan emas. Bagaimana caranya mengelola portofolio investasi pribadinya?

TEKNOLOGI INFORMASI

“SparkFun, Sobat Istimewa Pehobi Elektronik
Ketika banyak peritel elektronik tradisional lesu darah, bisnis SparkFun justru terus berkembang. Bagaimana model
open source untuk bisnis hardware ini bisa membantunya sukses?

INDONESIA YOUNGSTER INC.

NEXT GENERATION

ANANDITA MAKES
“Langkah Lincah Penerus Grup Plataran

Kecantikan alam dan keindahan budaya Indonesia yang dikemas dalam sajian hotel, resor, restoran, function house dan kapal wisata menjadi kunci sukses Grup Plataran di bisnis hospitalitas. Meski baru berusia enam tahun, kini Plataran yang didirikan pasangan Dewi Julia Pramitarini dan Jozua Makes itu telah memiliki lima hotel, tujuh restoran, plus satu yacht dan lima kapal pinisi yang siap mengantarkan pelanggannya menikmati Indonesia.

ENTREPRENEUR
Santi Alaysius

SELF EMPLOYED
Darren Suciono

SIAPA DIA
Lee Marvin

Baca selengkapnya di SWA Edisi Terbaru!

Anda juga bisa menyimak update harian seputar isu bisnis di www.swa.co.id.

Dapatkan juga Majalah SWA versi Digital di Tablet dan Smartphone Anda melalui
http://swa.co.id/digitalmagazine

Informasi Lengkap:
Berlangganan: http://swa.co.id/subscription/
Iklan: http://swa.co.id/about
Website: http://swa.co.id

Facebook: http://facebook.com/MajalahSWA/
Twitter: http://twitter.com/MajalahSWA/
Google+: http://google.com/+SWAmagazine/

Jika anda membutuhkan pembelian Majalah SWA dalam jumlah besar atau berlangganan kolektif untuk Karyawan dan Mitra berharga anda, segera manfaatkan fasilitas lebih dan discount menarik yang kami sediakan, silahkan menghubungi :
Putri-Sirkulasi
Email: putri.meutia@swamail.com
Tlp. (021) 3523839 Fax: (021) 3457338, 3853759


 

The post Survei WOMM 2015: Strategi Pemasaran Word of Mouth (Majalah SWA Edisi 15/2015) appeared first on Majalah SWA Online.

Seni Berbagi dalam Bisnis: Top 100 Indonesia Social Enterprises (SWA Edisi 21/2015)

$
0
0
Seni Berbagi dalam Bisnis: Top 100 Indonesia Social Enterprises (SWA Edisi 21/2015)
Seni Berbagi dalam Bisnis: Top 100 Indonesia Social Enterprises (SWA Edisi 21/2015)

Seni Berbagi dalam Bisnis: Top 100 Indonesia Social Enterprises (SWA Edisi 21/2015)

 

Seni Berbagi dalam Bisnis:

Top 100 Indonesia Social Enterprises

Semangat menebarkan virus kewirausahaan sosial di negeri ini kian marak. Yang menggembirakan, semakin banyak pula anak muda berlatar belakang pendidikan tinggi yang tergerak terjun sebagai wirausaha sosial untuk memberdayakan dan membangun masyarakat demi kemajuan Indonesia. Bagamana mereka memberdayakan masyarakat dan memacu bisnisnya berkembang pesat? Dan, siapa sajakah Top 100 Indonesia Social Enterprises pilihan Majalah SWA? Semua dikupas habis dan dibahas tuntas hanya di SWA terbaru !

“Menebarkan Virus Kewirausahaan Sosial”
Virus untuk melahirkan sebanyak-banyaknya social entrepreneur mesti semakin ditebarkan. Merekalah mitra sejati pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi berbagai problem sosial yang belakangan kian meruyak.

Simak Sajian SWA lainnya!

“MSV Pictures, Digandeng Walt Disney Berkat Battle of Surabaya”
Sudah nonton film Battle of Surabaya, yang – ketika tulisan ini dibuat – sedang tayang di bioskop-bioskop Tanah Air? Inilah film animasi dua dimensi (2D) karya anak negeri yang menceritakan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

“Humpuss Garap Bisnis Pelatihan dan Penyediaan Kru Kapal”
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi besar di bidang kemaritiman. Apalagi, Pemerintahan Joko Widodo telah menyatakan tekadnya untuk membangun sektor ini

“Di Balik Dwidaya yang Makin Menggurita”
Di tengah makin riuhnya persaingan bisnis tur dan travel, Dwidaya Tour melesat menjadi salah satu pemain terbesar. Sentuhan midas generasi ketiga menjadi rahasia sukses pertumbuhannya.

EKONOMI & BISNIS

PEMASARAN

“Berebut Bisnis Bioskop”
Persaingan bisnis bioskop layar lebar tak kalah seru dari film yang ditayangkan. Di tengah besarnya nilai investasi dan jumlah penonton yang terus menurun, tiga pemain utama adu strategi merebut pasar.

INVESTASI

“Gaya Donna dan Darius Mengelola Investasi ”
Sejak menikah, pasangan selebritas ini hobinya berinvestasi. Kerugian pernah melanda mereka gara-gara bisnisnya tutup, kemudian beralih ke instrumen lainnya untuk memulihkan asetnya. Bagaimana caranya?

INTERNASIONAL

“Kunci Sukses Jagoan dari Marseille”
Berangkat dari perusahaan kecil, ia mengglobal. Aneka akuisisi dilakukan berpegang pada empat aturan.

INDONESIA YOUNGSTER INC.

START UP
“Drama, Debut Bisnis Mantan Artis Cilik”
Lewat acara press presentation pada 10 Juni lalu, kiprah Dena Rachman sebagai seorang wirausaha (entrepreneur) pun dimulai. Inilah babak baru seorang mantan artis cilik yang memilih jalur bisnis sebagai karier masa depannya. Mengusung merek Drama, akronim dari nama Dena Rachman, ia mengentak panggung fashion Tanah Air dengan koleksi sepatu unik yang memiliki struktur pyramid heels berwarna krom emas setinggi 11 cm

Prika & Galih

SELF EMPLOYED
Ernesto Abraham

SIAPA DIA
Rosie Dewi


Baca selengkapnya di SWA Edisi Terbaru!

Anda juga bisa menyimak up date harian seputar isu bisnis di www.swa.co.id

Dapatkan juga Majalah SWA versi Digital di Tablet & Smartphone Anda melalui website http://swa.co.id/digitalmagazine dan melalui aplikasi:
Wayang
SCOOP
Scanie

Informasi Lengkap:
Berlangganan: http://swa.co.id/subscription/
Iklan: http://swa.co.id/contact

Website: http://swa.co.id/
Facebook: http://facebook.com/MajalahSWA
Twitter: http://twitter.com/MajalahSWA
Google+: http://google.com/+SWAmagazine/

Jika anda membutuhkan pembelian Majalah SWA dalam jumlah besar atau berlangganan kolektif untuk Karyawan dan Mitra berharga anda, segera manfaatkan fasilitas lebih dan discount menarik yang kami sediakan, silahkan menghubungi :
Putri-Sirkulasi
Email: putri.meutia@swamail.com
Tlp. (021) 3523839 Fax: (021) 3457338, 3853759

 


 

The post Seni Berbagi dalam Bisnis: Top 100 Indonesia Social Enterprises (SWA Edisi 21/2015) appeared first on SWA.co.id.

Viewing all 9220 articles
Browse latest View live